Padahal seperti diketahui, jembatan ini merupakan jalur transportasi yang paling efektif baik dari Jawa ke Bali maupun sebaliknya.
Kendaraan yang melewati jalur wilayah Buleleng menuju Jimbaran tentu memakan waktu lebih lama dibandingkan melalui Jembatan Melaya.
Terlahir adalah cuaca ekstrim yang terjadi seperti hujan deras dan angin kencang di wilayah Bali, termasuk Jimbaran
Cuaca ekstrem ini sudah terjadi sejak Oktober 2022, dan masih diperkirakan puncaknya pada Januari 2023.
“Beberapa bulan terakhir ini memang sering hujan dan angin kencang di Bali yang mempengaruhi ke proyek sehingga proyek terlambat.
Plafon tidak bisa dipasang, beberapa kegiatan pembangunan juga belum bisa dilaksanakan karena berbahaya bagi petugas,” tambah jubir Unud ini.
Melihatnya ada pengaruh seperti di atas, Senja Pratiwi mengatakan pihaknya tidak akan melajukan penggantian kontraktor.
Pihaknya kooperatif apabila perlu ada pemeriksaan terkait, dengan proyek pembangunan gedung FH dan FEB tersebut. (*)