TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Tujuh puskesmas pembantu (Pustu) di Bangli mengalami kerusakan. Dari jumlah tersebut, lima di antaranya bahkan terkategori rusak berat.
Dikonfirmasi Kamis (23/2/2023), Kabid Pelayanan dan Sumberdaya Kesehatan Dinkes Bangli, dr. I Made Supadma membenarkan ihwal kerusakan tersebut.
Sesuai data, dari total 58 Pustu yang tersebar di seluruh kecamatan di Bangli, tujuh Pustu di antaranya mengalami kerusakan.
Baca juga: Jasad Ketut Bangkolan Ditemukan Warga Telah Kaku Tertelungkup di Tengah Sawah di Bangli
"Kerusakan ini dibagi menjadi dua kategori. Yakni rusak berat dan rusak sedang. Yang terkategori rusak berat ada lima Pustu, sedangkan rusak sedang ada dua. Untuk rusak ringan, kami belum menerima datanya," ucap dia.
Seluruh Pustu yang mengalami kerusakan berada di wilayah Kecamatan Kintamani. Lima Pustu yang terkategori rusak berat berlokasi di Desa Kutuh, Desa Selulung, Desa Sekaan, Desa Siakin, dan Desa Katung.
Baca juga: Bangli Masuk Peringkat Tiga Rabies, Pemkab Gandeng Pihak Adat untuk Buat Perarem
Sementara yang terkategori rusak sedang, berada di wilayah Desa Belancan dan Desa Batukaang.
Lanjutnya, untuk tahun ini Pemkab Bangli telah mengalokasikan perbaikan untuk satu Pustu, yakni yang berada di Desa Kutuh.
Diakui layanan kesehatan ini mengalami kerusakan pada bagian rangka atap, sehingga kerap mengakibatkan bocor pada mes tenaga kesehatan (nakes) yang tinggal di sana.
Baca juga: Sedana Arta Ajak Masyarakat Bangli Memaknai Tumpek Krulut
"Yang bocor itu sejatinya di bagian mes nakesnya. Namun karena bangunan Pustu dan mes ini menyatu, maka perbaikan dilakukan secara menyeluruh," jelasnya.
Anggaran perbaikan atap dialokasikan sebesar Rp185 juta. Yang mana perbaikannya diperkirakan mulai pertengahan tahun 2023 ini.
"Perbaikan membutuhkan waktu selama tiga bulan. Saat masa perbaikan nanti, kami akan sewa gedung yang berlokasi dekat kantor kepala desa," ucap dia.
Baca juga: Viral di Medsos, Dua Bersaudara Tuna Netra Tinggal di Gubuk Kecil di Tengah Tegalan Bangli
Disinggung alasan hanya perbaikan satu Pustu, dokter asal Desa Batukaang itu mengatakan karena keterbatasan anggaran.
Oleh sebab itu perbaikan dilakukan secara bertahap. "Perbaikan ini hanya menyasar Pustu yang asetnya sudah jelas saja," imbuhnya.
Made Supadma menambahkan perbedaan Pustu dan Puskesdes hanya pada masalah aset bangunannya saja.
Baca juga: Viral di Medsos, Dua Bersaudara Tuna Netra Tinggal di Gubuk Kecil di Tengah Tegalan Bangli
Di mana Pustu asetnya milik Pemkab Bangli, sementara Puskesdes asetnya milik desa. Walau demikian fungsi keduanya sama-sama mendekatkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di desa.