TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pasca protes masyarakat terkait bau sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kesiman Kertalangu, sampai kini ketiga TPS di Denpasar belum beroperasi maksimal.
Dan hal tersebut membuat pengoperasian penuh ketiga TPST pun molor kembali.
Padahal sebelumnya direncanakan TPST bisa beroperasi penuh pada Juli 2023.
Baca juga: Sampah di TPS Gunung Agung Denpasar Meluber, DLHK Sebut Karena Ada Proyek Drainase hingga Hari Raya
Sebelumnya, sesuai arahan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, ketiga TPST tersebut harus sudah beroperasi 100 persen bulan Juni 2023.
Namun kini, malah ketiga TPST tersebut tidak beroperasi.
Hanya TPST yang mengolah kayu untuk wood pellet di Tahura Ngurah Rai saja yang beroperasi.
Baca juga: Sampah Organik saat Galungan Meningkat, KKN Unud Desa Pesinggahan Laksanakan Workshop Eco Enzyme
Hal tersebut diungkapkan Kadis Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar, IB Putra Wirabawa.
Pihaknya mengatakan, saat ini ketiga TPST tersebut masih dalam proses penyempurnaan.
"Sekarang tahap penyempurnaan, secepatnya selesai dan kembali uji cobakan. Kemarin dari adanya keluhan masyarakat terkait bau, pihak pengelola siapkan langkah antisipasi," kata Putra Wirabawa.
Baca juga: Pasca-Galungan, Volume Sampah di Denpasar Meningkat 20 Persen, Kerahkan 1.420 Tenaga Kebersihan
Dirinya mengatakan, TPST ini merupakan produk baru dan pertama di Indonesia dibangun di Denpasar.
Sehingga belum ada contoh atau base practice terkait penerapannya.
Oleh karena itu, saat ini masih dilakukan upaya untuk menemukan formulasi yang tepat.
Baca juga: Sampah Organik saat Galungan Meningkat, KKN Unud Desa Pesinggahan Laksanakan Workshop Eco Enzyme
Ia menambahkan, saat ini ketiga TPST tersebut masih belum beroperasi.
"Tapi khusus TPST 1 Tahura masih jalan, karena membuat wood pellet untuk bahan bakar nanti kalau sudah jadi yang lain," imbuhnya.