Kemudian, hingga April 2023 lalu, sudah ditemukan tiga kejadian paus terdampar di wilayah pesisir pantai di Bali.
Mulai dari Pantai di Karangasem, Tabanan dan terakhir di Jembrana.
Yudiarso menjelaskan, melihat fenomena saat ini, paus yang terdampar dan akhirnya mati diduga karena ada penyakit.
Namun, dugaan tersebut masih belum dipastikan karena harus menunggu hasil uji lab terhadap hasil nekropsi yang dilakukan.
Proses nekropsi kemungkinan akan membutuhkan waktu sekitar tiga sampai empat minggu lamanya.
"Dugaan sementara karena ada penyakit. Tapi untuk memastikan, masih menunggu hasil uji lab dari nekropsi," jelasnya saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu.
Dia melanjutkan, jika memang benar paus mati karena penyakit, artinya ada sesuatu yang janggal atau masalah pada habitatnya yakni perairan.
Sehingga, semua pihak atau semua elemen masyarakat diharapkan untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan, terutama dari sampah maupun zat berbahaya agar jangan dibuang ke laut.
Baca juga: BREAKING NEWS: Ikan Berukuran Besar Ditemukan Terdampar di Pesisir Pantai Pekutatan Jembrana
"Sementara baru dugaan (penyakit). Kami belum berani memastikan karena harus menunggu hasil uji lab usai nekropsi. Tapi jika benar karena penyakit, artinya ada sesuatu terhadap habitatnya. Karena faktor utama dari kesehatan biota kita dari lingkungan dan makanannya," tegasnya.
"Kami harap seluruh elemen masyarakat untuk ikut menjaga kebersihan lingkungan agar tak berdampak kepada perairan kita. Ketika perairan terancam, sumberdaya yang berada di dalamnya juga terancam keselamatannya," imbaunya.(*)