Jenisnya pun beragam, mulai dari yang berbentuk kantong, botol, bagian tutup, dan sebagainya.
Seluruh sampah plastik ini dihancurkan menjadi serpihan dengan total mencapai 1,7 ton, untuk kemudian dicetak menjadi puluhan bagian yang dibutuhkan.
Ada untuk wajah, pernak-pernik, hingga backdrop yang menjadi latar atau tatakan topeng.
"Ada beberapa bagian yang perlu sampah plastik tertentu. Misalnya tas plastik, tutup oli, tapi tidak digabung," katanya.
Detail kecil turut dikerjakan serius. Hiasan mahkota, anting, sampai ukiran pada backdrop, rata-rata memakan waktu tiga jam untuk satu ukiran.
Pada 16 Agustus, potongan-potongan itu mulai dirakit di panggung utama. Dua hari berturut-turut Eka dan tim bekerja hampir tanpa tidur, memastikan setiap sambungan kuat sekaligus indah dipandang.
Meski secara ekonomis karya ini bernilai ratusan juta, Eka tidak memandangnya sebagai proyek komersial. Ia menyebutnya sebagai bentuk ngayah untuk Buleleng.
"Aku nggak dapat profit berupa uang. Ini bentuk ngayahku untuk Buleleng, sekaligus sarana edukasi sampah plastik," ucapnya. (mer)
Baca juga: Pemkab Buleleng Gelontorkan Rp2,7 Miliar, Perbaikan Jalan Sekumpul Tuntas Selama 120 Hari
Bentuk Kebijaksanaan dan Kesetian
Bulfest 2025 ini mengangkat tema The Mask History Of Buleleng yang artinya Topeng Leluhur, Jiwa Buleleng.
Selain menyesuaikan dengan tema, pemilihan karakter Rama dan Laksmana ini sebagai bentuk penggambaran kebijaksanaan dan kesetiaan. (mer)