TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA- Di bawah terik matahari siang, dua wajah tokoh pewayangan berdiri gagah di depan tugu Singa Ambara Raja.
Setinggi enam meter dengan lebar 2,5 meter, topeng Rama dan Laksmana menjadi pusat perhatian di panggung utama Buleleng Festival (Bulfest) 2025.
Sekilas, orang mungkin mengira karya itu berbahan kayu, logam, ataupun styrofoam.
Baca juga: WBP Ikut Lestarikan Budaya Bali, Bawakan Tari Janger Sukses Pukau Pengunjung Bulfest 2025
Namun nyatanya, seluruh komponen tersusun dari ribuan serpihan plastik bekas, kecuali rangkanya menggunakan besi.
Putu Eka Darmawan merupakan sosok dibalik pembuatan karya seni megah ini.
Selama 20 hari, ia bersama 12 karyawannya bekerja keras menuntaskan desain topeng untuk festival terbesar di Bali Utara ini.
"Sebenarnya secara timeline, itu pekerjaan 1,5 bulan," ucapnya.
Mepetnya waktu pengerjaan karena karakter yang akan digunakan sempat mengalami beberapa kali perubahan.
Hingga akhirnya diputuskanlah Rama dan Laksmana sebagai figur utama.
Kedua tokoh dalam epos Ramayana itu digarap dengan pakem Wayang Wong Tejakula.
Saking sakralnya, untuk melihat replika asli topeng ini saja diperlukan upacara khusus.
Eka sendiri hanya menerima sketsa dan desain 3D, lalu menyesuaikannya dalam bentuk fisik.
"Setelah sketsa saya terima, ada beberapa yang saya revisi. Namun itu hanya bagian kecil agar tidak keluar dari pakem asli tapel (topeng) yang ada di Tejakula," katanya.
Baca juga: MBG di Sukasada Buleleng Dibagi 2 Shift, Total 16 Sekolah Terima Makan Bergizi Gratis
Walau dikejar waktu, Eka mantap menerima proyek ini karena seluruh bahan baku sudah tersedia di bengkel miliknya, yakni Rumah Plastik Singaraja.
Dibutuhkan sampah plastik sebanyak 2,38 ton untuk pembuatan topeng ini.