Banjir di Bali
Warga Was-was, Banjir Genang Jalan Denpasar-Singaraja Bali, Gudang Berkas Bank di Ubud Amblas
Hujan deras guyur Bali, warga yang tinggal di sepuran Tukad Badung Bali was-was, trauma dengan banjir bandang
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Hujan dengan intesitas tinggi atau deras terjadi di wilayah Kabupaten Badung yang mengakibatkan sejumlah bencana seperti banjir dan pohon tumbang pada Senin 3 November 2025.
Banjir merendam Jalan Raya Denpasar-Singaraja tepatnya di Desa Sembung, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Hujan deras juga mengguyur wilayah Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.
Akibatnya gudang penyimpanan berkas milik bank rusak dan tergerus ke Sungai pada Minggu 2 November 2025.
Baca juga: Badung Diguyur Hujan, Jalan Denpasar-Singaraja Kebanjiran, Sejumlah Pohon Tumbang
Di Kota Denpasar juga terjadi hujan deras. Warga yang tinggal dekat dengan daerah aliran sungai Tukad Badung pun waswas.
Mereka masih trauma dengan banjir bandang yang melanda Denpasar dan sekitar pada 10 September 2025 lalu.
Kondisi banjir di Jalan Raya Denpasar-Singaraja terekam dalam video yang diunggah di media sosial yang menunjukkan air yang sangat deras meluncur di badan jalan.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Badung, Ketut Murdika mengatakan, banjir di wilayah Sembung memang terjadi setiap tahun.
Namun biasanya banjir hanya berlangsung beberapa jam saja.
“Biasanya tidak lama, karena itu air kiriman. Setelah hujan sudah surut,” ujar Murdika.
Pihaknya menyebutkan, informasi terjadinya banjir masuk melalui Kontak Bupati pada pukul 14.30 Wita.
Dari informasi tersebut banjir memiliki ketinggian setinggi lutut orang dewasa.
“Kami akan memastikan terlebih dahulu di lapangan apakah sama atau tidak dengan titik yang biasanya banjir. Saat ini kami masih melakukan penanganan pohon tumbang di Desa Sangeh dan Desa Blahkiuh,” ungkapnya.
Dari kondisi sebelumnya, Murdika menerangkan, banjir tersebut tidak menyebabkan kerusakan.
Sebab air yang mengalir hanya di badan jalan, tidak sampai ke rumah warga. Namun tetap kondisi ini akan dipastikan lebih lanjut.
Dikatakan, di Sembung sempat terjadi gorong-gorong mampet sehingga terjadi banjir.
“Mudah-mudahan tidak ada kerusakan dan tidak ada korban dari banjir,” imbuhnya.
Hujan deras menyebabkan pohon tumbang di sejumlah desa di Kabupaten Badung.
Seperti satu pohon tumbang di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, di Desa Mengwitani, Mengwi juga ada satu pohon tumbang.
Kemudian sisanya sebanyak empat pohon tumbang di Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal.
Kondisi terparah disebutkan di Desa Sangeh, karena pohon nangka yang tumbang menimpa garase mobil.
Sementara di Desa Blahkiuh satu pohon tumbang menimpa pelinggih milik warga.
Sementara di Kabupaten Gianyar, hujan lebat yang melanda Kecamatan Ubud menyebabkan gudang penyimpanan berkas milik bank rusak dan tergerus ke aliran sungai, Minggu 2 November 2025.
Sejumlah berkas sempat tertimbun tanah dan telah diselamatkan. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Kapolsek Ubud, Kompol I Wayan Putra Antara saat dikonfirmasi membenarkan adanya peristiwa tersebut.
Pihaknya telah mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) untuk memastikan penyebab gudang tersebut amblas.
Dari hasil penyelidikan, kata dia, diketahui bahwa kejadian tersebut disebabkan curah hujan yang sangat tinggi sehingga tanah di bawah bangunan menjadi labil, tak mampu menahan beban bangunan.
“Posisi bangunan di atas sungai, tanah tidak bisa menahan sehingga terjadi longsor dan jatuh ke dasar sungai yang dalamnya diperkirakan mencapai 20 meter,” ujarnya.
Dijelaskan tidak terdapat korban jiwa dalam peristiwa ini, hanya mengakibatkan kerugian materiil berupa kerusakan satu unit bangunan dan tembok.
“Sesuai keterangan dari salah satu staf, untuk kerugian belum bisa dipastikan nominalnya, serta tidak akan melaporkan secara resmi, karena sudah menerima bahwa kejadian tersebut merupakan sebuah musibah,” ujar Kompol Antara.
Musim penghujan segera tiba di Bali termasuk Denpasar. Warga yang tinggal dekat daerah aliran Sungai Tukad Badung pun waswas.
Mereka masih trauma dengan banjir bandang pada 10 September 2025 lalu.
Hal itu diungkapkan Putu Yulia Sara Dewi yang tinggal di kawasan Jalan Pulau Yapen, Denpasar. Kejadian banjir bandang September lalu membuat dirinya trauma. Saat mendung dan hujan turun, rasa waswas pun menghantui.
“Kalau sudah mendung, gemuruh kami mulai ketakutan. Trauma banjir lalu masih ada,” kata Yulia Sara, Senin 3 November 2025.
Terlebih ia yang memiliki balita kebingungan jika banjir datang akan mengungsi ke mana lagi. Kerugian akibat banjir lalu pun masih ia rasakan dampaknya hingga kini.
“Mobil saya yang hanyut saat banjir lalu juga belum selesai diperbaiki. Dan itu biayanya sampai puluhan juta,” katanya.
Ia pun berdoa dan berharap banjir tidak datang lagi. Pasca banjir di lingkungannya, masih belum tertangani dengan maksimal. Jalan pinggiran yang jebol belum diperbaiki dan sungai belum dilakukan pengerukan.
Hal yang sama juga dirasakan I Ketut Sadriana yang terdampak banjir 10 September lalu.
Ketika itu, seisi kamar kosnya semua terendam oleh banjir akibat Tukad Badung meluap.
“Masih ada waswas, takutnya nanti kalau hujan air Tukad Badung meluap. Tapi saya harap tidak terjadi,” papar pria yang kos di kawasan Kelurahan Ubung ini.
Memasuki musim penghujan ini, dirinya pun sempat berpikir untuk pindah kos ke daerah yang lebih aman.
Namun ia mengaku belum sempat mencari kos baru lantaran masih sibuk bekerja.
“Rencananya mau pindah kos. Mungkin cari yang tidak dekat dengan sungai. Tapi masih belum sempat,” ujarnya. (gus/weg/sar)
BPBD Siapkan Penyedot Air, PUPR Normalisasi Sungai
Memasuki musim penghujan, Pemkot Denpasar melakukan langkah antisipasi. Apalagi Denpasar sempat dilanda banjir bandang pada 10 September 2025 lalu.
Terkait hal ini, Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Denpasar, IB Joni Ariwibawa mengatakan pihaknya selalu siaga terkait kadatangan musim penghujan ini.
“Kami secara rutin setiap hari menyiagakan TRC, tim ambulan, dan pusdalops,” katanya saat diwawancarai, Senin 3 November 2025.
Pihaknya juga menyiapkan peralatan chainsaw, mesin sedot air untuk antisipasi bencana hydrometeorologi.
Selain itu, pihaknya juga berkolaborasi dengan tim Damkar, DLHK, PUPR, desa/kelurahan, Polresta, dan Kodim.
Sementara itu, PUPR Kota Denpasar juga melakukan normalisasi sungai dan saluran air.
Salah satunya yakni normalisasi Tukad Badung Denpasar.
Kabid Sumber Daya Air PUPR Denpasar, Ketut Ngurah Artha Jaya mengatakan, proses normalisasi dilakukan pada sungai sepanjang kurang lebih 400 meter di kawasan Tukad Kumbasari.
Normalisasi di Tukad Badung dimulai dari Taman Kresek hingga ke Pura Beji.
“Secepatnya harus selesai karena tidak tahu bagaimana kondisi cuaca,” paparnya.
Kedalaman lumpur di kawasan ini bervariasi hingga 50 cm, sedangkan panjang pengerjaan mencapai 450 meter.
Selain itu, normalisasi juga dilakukan di Tukad Loloan.
Ketebalan endapan lumpur di Tukad Loloan berkisar antara 1 sampai 1,5 meter.
“Panjangnya kurang dari satu kilo, tapi kami juga percepat pengerjaannya,” paparnya.
Kepala Dinas PUPR Kota Denpasar, AA Ngurah Bagus Airawata menyatakan bahwa pengerukan sedimentasi menjadi prioritas utama dalam upaya pemulihan pasca banjir.
“Kami terus mempercepat pengerukan sedimentasi di berbagai titik yang terkena banjir. Ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi drainase dan mencegah terjadinya banjir susulan,” ungkapnya.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat proses pengerukan sedimentasi termasuk dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida.
Tak hanya itu, juga digalakkan penanaman pohon di tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), yakni Tukad Ayung, Tukad Badung dan Tukad Mati.
Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa mengatakan dilakukan penanaman dengan total sebanyak 1.000 bibit pohon serta pembersihan di bantaran sungai.
Arya Wibawa menekankan bahwa kegiatan ini dilaksanakan untuk mengembalikan citra Bali sebagai daerah pariwisata unggulan.
“Semoga melalui aksi nyata ini dapat mendukung optimalisasi fungsi bantaran sungai dalam memperlancar arus air, dan memulihkan citra Bali, khususnya Kota Denpasar sebagai daerah pariwisata,” ujarnya.
Jenis pohon yang ditanam di antaranya pohon manggis, mangga, kelapa dan lainya yang memiliki akar kuat untuk menahan banjir.
Lahan yang ditanami saat ini didominasi oleh lahan pemerintah.
Namun demikian, terdapat beberapa lahan yang merupakan miliki masyarakat, desa adat dan lainya yang berkenan untuk ditanami pohon.
Upaya lain, Pemkot juga tengah melakukan penataan trotoar dan drainase di beberapa kawasan. Hal ini dilakukan untuk langkah antisipasi banjir.
Bahkan perbaikan trotoar dan drainase ini menjadi program utama yang akan segera dituntaskan.
Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara mengatakan, pihaknya akan menuntaskan perbaikan drainase dan trotoar ini di tahun 2026.
“Drainase dan trotoar ini kami tuntaskan di tahun 2026,” katanya.
Jaya Negara menambahkan, seluruh pekerjaan drainase tidak hanya berfokus pada tampilan cantik di luar atau permukaan, tetapi mengutamakan fungsi utama yaitu kelancaran aliran air dan pencegahan banjir. (sup)
Puncak Musim Hujan di Bali Januari-Februari 2026
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan semua pihak untuk siaga menghadapi puncak musim hujan yang diperkirakan berlangsung mulai November 2025 hingga Februari 2026.
Hingga akhir Oktober, sebanyak 43,8 persen wilayah Indonesia atau setara 306 Zona Musim (ZOM) telah resmi memasuki musim hujan.
Puncak musim hujan di Provinsi Bali akan terjadi pada Januari hingga Februari 2026 mendatang.
Peralihan musim ini membawa konsekuensi meningkatnya potensi cuaca ekstrem di berbagai daerah, mulai dari hujan lebat, angin kencang, hingga ancaman siklon tropis dari arah selatan Indonesia.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menegaskan, hujan kini mulai meluas dari wilayah barat menuju timur Indonesia dan akan terus meningkat intensitasnya dalam beberapa pekan mendatang.
“Kita sedang memasuki periode transisi menuju puncak musim hujan. Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang dan petir, terutama di wilayah selatan Indonesia yang mulai terpengaruh sistem siklon tropis dari Samudra Hindia,” ujar Dwikorita dalam Konferensi Pers di Jakarta, Sabtu 1 November 2025.
Berdasarkan analisis BMKG, kata dia, curah hujan tinggi hingga sangat tinggi dengan kisaran di atas 150 milimeter per dasarian berpotensi terjadi di sejumlah wilayah, antara lain Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua Tengah.
Meski hujan mulai meningkat, lanjut Dwikorita, namun suhu maksimum harian masih cukup tinggi di sejumlah wilayah Indonesia, mencapai 37 derajat Celsius di Riau dan lebih dari 36 derajat Celsius di beberapa wilayah Sumatera dan Nusa Tenggara.
Kondisi atmosfer yang belum stabil ini membuat potensi cuaca ekstrem dapat muncul sewaktu-waktu.
Dwikorita menjelaskan, dinamika atmosfer saat ini cukup aktif dengan pengaruh MJO, gelombang Rossby dan Kelvin, serta anomali suhu muka laut positif di perairan Indonesia yang memperkuat pembentukan awan hujan.
“Kombinasi faktor ini menyebabkan potensi hujan lebat dan badai meningkat di banyak wilayah. Oleh karena itu, masyarakat perlu terus memantau informasi peringatan dini dari BMKG,” tegasnya.
Dwikorita juga memperingatkan meningkatnya potensi siklon tropis selatan yang dapat membawa hujan ekstrem dan angin kencang di wilayah pesisir selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.
Ia menambahkan bahwa pada November ini, periode siklon tropis di wilayah selatan Indonesia mulai aktif, sehingga masyarakat perlu mewaspadai potensi terbentuknya sistem tekanan rendah di sekitar Samudra Hindia yang dapat berkembang menjadi siklon tropis.
“Siklon tropis yang berkembang di Samudra Hindia dapat memicu peningkatan curah hujan secara drastis dan menyebabkan banjir besar di wilayah pesisir. Kami mengimbau pemerintah daerah untuk memastikan kesiapsiagaan infrastruktur dan masyarakat terhadap kemungkinan dampak bencana,” tambahnya.
Selain itu, pemantauan BMKG terhadap suhu muka laut di Samudra Pasifik menunjukkan bahwa dalam dua bulan terakhir telah terjadi pendinginan di wilayah Pasifik dan melewati ambang batas La Niña, yaitu pada September dengan anomali suhu muka laut di Pasifik tengah dan timur sebesar -0,54°C dan pada Oktober sebesar -0,61°C.
Sementara itu, kondisi atmosfer juga menunjukkan adanya penguatan angin timuran. Dua indikasi tersebut menandakan perkembangan awal La Niña dan menunjukkan bahwa La Niña lemah telah terjadi.
Namun demikian, Dwikorita menjelaskan bahwa fenomena ini tidak akan berdampak signifikan terhadap curah hujan di Indonesia, karena kondisi hujan pada November–Desember 2025 hingga Januari–Februari 2026 diprediksi tetap berada pada kategori normal.
Dwikorita mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang bisa terjadi secara mendadak.
Ketika hujan lebat turun disertai petir dan angin kencang, masyarakat disarankan untuk menjauhi area terbuka, pohon, atau bangunan yang rapuh.
Cuaca terik yang masih terjadi di beberapa wilayah juga memerlukan perhatian dengan menjaga asupan cairan tubuh dan menggunakan pelindung kulit.
Selain itu, tambah dia, kesiapsiagaan terhadap potensi banjir, banjir bandang, dan tanah longsor perlu terus ditingkatkan, terutama di wilayah dengan topografi curam dan daerah aliran sungai.
“Apabila dapat dimitigasi dengan tepat, maka musim hujan dan puncak musim hujan yang diprediksi akan lebih panjang dari normalnya ini, akan menjadi bermanfaat bagi pertanian dan untuk mendukung ketahanan pangan,” tuturnya.
Sementara itu, Prakirawan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Diana Hikmah, menyampaikan bahwa pada peralihan musim hingga masuk musim hujan umumnya akan ada peningkatan curah hujan, angin kencang dan kejadian cuaca ekstrem lainnya.
Disinggung mengenai wilayah Bali? Diana mengatakan ketika angin baratan masuk ke wilayah Indonesia dan posisi matahari berada di selatan khatulistiwa umumnya akan ada potensi kejadian siklon tropis di perairan selatan Indonesia yang bersuhu muka laut hangat, terutama di dekat perairan Australia dan Samudera Hindia Selatan Sumatera - Jawa.
“Umumnya sebagian besar wilayah Bali dapat terdampak secara tidak langsung terhadap siklon tropis tersebut, namun wilayah pesisir selatan Pulau Bali lebih utama merasakan dampaknya, terutama terhadap kejadian angin kencang yang ditimbulkan,” ungkapnya.
Puncak musim hujan di Provinsi Bali akan terjadi pada Januari hingga Februari 2026 mendatang.
“Berdasarkan data dari Stasiun Klimatologi Jembrana, puncak musim hujan di wilayah Bali diprediksi terjadi pada bulan Januari - Februari 2026,” imbuhnya.
Masyarakat diimbau agar selalu mewaspadai potensi cuaca ekstrem seperti hujan yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang serta selalu update kondisi cuaca terkini dari BMKG Bali.
BMKG telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi hujan sangat lebat disertai angin dan kilat petir, Senin 3 November 2025.
Salah satu wilayah yang kemungkinan terdampak adalah Jembrana. BPBD Jembrana mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tetap waspada terhadap dampak dari cuaca ekstrem.
Sebab, peringatan cuaca ekstrem tersebut berpotensi menimbulkan banjir, banjir bandang, tanah longsor hingga pohon tumbang.
Menurut data yang diperoleh sebelumnya, wilayah Kabupaten Jembrana berpotensi mengalami sejumlah bencana.
Seperti banjir, pohon tumbang, tanah longsor bahkan hingga tsunami di wilayah pesisir.
Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan ketika terjadi cuaca ekstrem.
Sebab, sejumlah bencana alam bisa saja terjadi dampak dari cuaca ekstrem. Apalagi BMKG telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem.
“Sesuai pemetaan kita, potensi bencana alamnya mulai dari tanah longsor, pohon tumbang hingga banjir juga. Jadi kami mohon kewaspadaannya sebagai antisipasi menghadapi cuaca ekstrem ini,” tegasnya.
Ketika terjadi cuaca ekstrem, kata dia, masyarakat diimbau untuk tidak bepergian atau berkendaraan di bawah pohon besar karena berpotensi terjadi pohon tumbang.
Kemudian, bagi masyarakat yang tinggal di kawasan banjir agar mulai bersiap mencari tempat aman untuk mengantisipasi hal tersebut.
“Dan untuk warga yang tinggal di tanah labil seperti di pinggir tebing agar meningkatkan kewaspadaan untuk menghindari hal yang tak diinginkan terjadi. Mari bersama-sama untuk waspada bencana alam di tengah cuaca ekstrem,” jelasnya. (zae/mpa)
Kumpulan Artikel Bali

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.