Bencana Alam di Bali
Pohon Tumbang Landa Badung dan Jembrana Bali, Kerugian Gudang Rusak di Abiansemal Capai Rp 100 Juta
Cuaca ekstrem di Bali, pohon mangga setinggi 10 meter tumbang dan menimpa rumah di Jembrana
Terpal tersebut bisa diperuntukkan untuk menutup bagian atap yang rusak sementara.
“Sekali lagi kami imbau untuk meningkatkan kewaspadaan di tengah cuaca ekstrem belakangan ini. Sebab, Jembrana memiliki potensi bencana seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang dan lainnya dampak cuaca ekstrem,” kata dia. (gus/mpa)
Potensi Ancaman 14 Bencana
BPBD Provinsi Bali melakukan sejumlah langkah guna mitigasi bencana.
Hal ini merespon hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait adanya peningkatan potensi cuaca ekstrem di berbagai daerah, mulai dari hujan lebat, angin kencang hingga potensi dampak secara tidak langsung siklon tropis dari arah selatan Indonesia.
Mitigasi bencana di antaranya melakukan desiminasi peringatan dini. Juga menggelar rapat koordinasi dengan BPBD Kabupaten/Kota se-Bali, menyiagakan personel, perlengkapan, menggelar aksi bersih sungai dan bersih sampah.
Hal ini disampaikan Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali, Gede Teja, saat dikonfirmasi Tribun Bali beberapa hari lalu.
Bahkan kegiatan diseminasi atau sosialisasi dengan lintas sektor belum lama ini digelar mengacu pada Peraturan Gubernur Bali Nomor 25 Tahun 2024 tentang Kajian Risiko Bencana (KRB).
Disinggung bagaimana ancaman bencana di Provinsi Bali hasil KRB? Gede Teja menyampaikan, Provinsi Bali memang daerah rawan bencana.
“Setidaknya ada 14 ancaman bencana yang dikelompokkan dalam bencana geologi (gempa bumi, tsunami, gunung api, likuefaksi, gerakan tanah/tanah longsor), bencana hidrometeorologi (banjir, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrem, gelombang ekstrem, kebakaran hutan dan lahan), dan bencana antropogenik (epidemi/wabah penyakit, covid-19, dan kegagalan teknologi/kecelakaan industri),” kata dia.
Ia menambahkan dari 14 jenis ancaman bencana itu, ada 9 risiko tinggi, 2 risiko sedang, dan 3 risiko rendah.
“Jadi kita harus kolaborasi agar risiko tinggi dapat ditekan menjadi sedang bahkan menjadi rendah,” kata dia.
Lebih lanjut Gede Teja mengatakan mengingat Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata, kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana menjadi kunci utama untuk menjaga keberlanjutan dan keselamatan masyarakat serta wisatawan.
Pihaknya BPBD berharap hasil kajian risiko bencana dipedomani oleh seluruh sektor.
“Kajian risiko bencana merupakan perhitungan nilai kemungkinan dan besaran kerugian akibat ancaman yang ada. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran kerugian, maka lakukanlah pengurangan risiko bencananya,” papar Gede Teja.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bali/foto/bank/originals/Pohon-aren-yang-tumbang-dan-menipa-bangunan-gudang-kayu-125.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.