Bencana Alam di Bali

Penyebab Pohon Tumbang di Nusa Penida Sebabkan 1 Meninggal, Pengempon Gelar Guru Piduka

Suasana persembahyangan Hari Purnama di Pura Segara Penataran Ped, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, berubah menjadi duka

Istimewa
TUMBANG - Pohon gepah yang tumbuh di Pura Segara Penataran Ped, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida mendadak tumbang, Rabu (5/11/2025) malam. Musibah itu membuat seorang pemedek meninggal dunia dan 5 orang meninggal dunia. 

TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG – Suasana persembahyangan Hari Purnama di Pura Segara Penataran Ped, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, berubah menjadi duka mendalam, Rabu (5/11/2025) malam.

Sebuah pohon gepah berukuran besar tiba-tiba tumbang dan menimpa para pamedek yang tengah bersembahyang.

Satu orang meninggal dunia, sementara lima lainnya mengalami luka-luka.

Baca juga: Pengempon Pura Segara Penataran Ped Gelar Upacara Guru Piduka Pasca Musibah Pohon Tumbang

Korban meninggal dunia diketahui bernama Ni Ketut Suarti (64), warga Dusun Swelagiri, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung.

Ia menghembuskan napas terakhir saat dalam perjalanan menuju RS Gema Santi Nusa Penida akibat luka parah di bagian kaki.

Lima pemedek lainnya mengalami luka ringan hingga sedang, masing-masing:

 • I Wayan Lilar (65), luka di dahi.
 • Ni Kadek Rumiani (36), mengalami syok.
 • Sunarmi Liaturrofiah (20), sedang hamil muda, nyeri bahu.
 • I Wayan Sudiasa (40), luka di bagian mulut.
 • Ni Luh Dewiantari (22), luka robek di kaki kanan.

“Akibat insiden tersebut, enam orang menjadi korban, satu meninggal dunia dan lima lainnya luka-luka,” ujar Kapolsek Nusa Penida, AKP I Ketut Kesuma Jaya, Kamis (6/11/2025).

Seluruh korban langsung dievakuasi dan mendapatkan perawatan medis di RS Gema Santi Nusa Penida. Kondisi kelima korban luka kini dilaporkan stabil.

Baca juga: 5 Korban Pohon Tumbang di Pura Penataran Ped Bali Dipulangkan, Kapolsek: Semoga Segera Pulih

Kronologi Kejadian

Peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 21.15 WITA. Saat itu, rombongan berjumlah 12 orang dari Desa Aan tengah melaksanakan persembahyangan Hari Purnama di Pura Penataran Ped.

Ketika rombongan melintas di depan Pura Segara, tiba-tiba pohon gepah besar yang berdiri di area pura tumbang dan menimpa sejumlah pamedek di lokasi.

Dari hasil pemeriksaan awal, cuaca di sekitar tempat kejadian dalam kondisi cerah tanpa hujan atau angin kencang.

Dugaan sementara, pohon tumbang karena batangnya telah rapuh dimakan usia.

Personel Polsek Nusa Penida bersama warga dan pengempon pura langsung memotong batang pohon dan membersihkan area agar persembahyangan dapat kembali berjalan aman.

Baca juga: 2 Pohon Tumbang di Jembrana Bali, Satu Timpa Truk hingga Muatan Rusak, Arus Lalu Lintas Buka Tutup

Evakuasi dan Proses Pemulangan Korban

Jenazah Ni Ketut Suarti dan para korban lainnya diberangkatkan dari Nusa Penida menuju Klungkung daratan pada Kamis (6/11/2025) pagi.

Evakuasi dilakukan dengan dua jalur laut:
 • Kapal Roro Nusa Jaya Abadi dari Pelabuhan Nusa Penida menuju Padangbai.
 • Speedboat Gangga Express 27 dari Pelabuhan Sampalan menuju Padangbai.

Jenazah Suarti sementara dititipkan di RS Sanjiwani Gianyar, lantaran instalasi jenazah di RSUD Klungkung penuh.

Keluarga korban masih berunding menentukan hari baik untuk upacara pengabenan.

“Sementara dititip di RS Sanjiwani karena di Desa Aan belum bisa ngaben. Sekarang masih pujawali di Pura Kentel Gumi,” ujar Perbekel Desa Aan, I Wayan Wira Adnyana.

Menurutnya, almarhumah dikenal sebagai sosok pekerja keras meski sudah lanjut usia.

“Beliau sering membantu anaknya bekerja sebagai buruh bangunan. Kami sangat kehilangan,” ucapnya dengan nada haru.

Langkah Pemkab dan Pura

Bupati Klungkung I Made Satria turun langsung ke lokasi kejadian. Ia menugaskan BPBD Klungkung untuk memangkas dan menebang pohon-pohon besar yang berpotensi membahayakan di area pura.

“Saya sudah perintahkan agar semua pohon tua yang berisiko segera dipotong. Ini penting untuk mencegah kejadian serupa,” ujarnya.

Pengempon Pura Segara Penataran Ped juga segera menggelar upacara Guru Piduka sebagai bentuk permohonan maaf dan penyucian pura setelah terjadinya musibah.

“Upacara ini untuk memulihkan kesucian dan keseimbangan energi pura,” jelas Ketua Pengempon Pura, Si Nyoman Sukarta.

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved