Ida Pedanda Gunung Wafat

Siapa Sesungguhnya Ida Pendanda Gunung Hingga Sosoknya Disegani Umat?

Untuk menutupi biaya operasional pesraman karena semua pendidikan dan pelatihan diberikan secara gratis selain menerima donatur dari umat, Ida

Facebook
Ida Pedanda Gede Made Gunung 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Siapa sesungguhnya Ida Pedanda Gede Made Gunung hingga masyarakat Bali kehilangan sosok yang wafat Rabu (18/5/2016) pagi tadi?

(VIDEO: Dharma Wacana Ida Pedanda Gunung, ‘untuk Menolong Diri Mari Cintai Diri Sendiri’)

Ida Pedanda Gede Made Gunung dikenal umat sebagai pendeta yang kerap memberikan pencerahan lewat dharma wacana yang diberikan begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari.

(BREAKING NEWS: Amor Ring Acintya, Pencerah Umat Ida Pedanda Gede Made Gunung Telah Wafat)

Penjelasan yang diberikan sangat mudah dimengerti. Tidak hanya bagi umat Hindu, Ida Nak Lingsir kerap memberikan pencerahan yang sifatnya sangat luas sehingga bisa diterima oleh seluruh umat beragama.

(Pencerahan Terakhir Pedanda Made Gunung ‘Kematian Itu adalah Teman Setia dari Kehidupan Kita’)

Seperti pada saat Peringatan Maulid Nabi di Ubud, Gianyar, Minggu (18/1/2015) lalu, Ida hadir memberikan dharma wacana, tentang Toleransi beragama dengan tema “Dengan Maulid Nabi Muhamad SAW Kita Tingkatkan Keharmonisan Menyama Braya Antar Umat Beragama”.

Seperti apa profil Ida Pedanda yang dikenal gaul dan penjelasannya bisa dimengerti oleh semua golongan usia?

Mengutip dari akun Facebook resmi, Ida Pedanda Gede Made Gunung lahir di Geria Gede Kemenuh Purnawati Blahbatuh pada tahun 1952 dengan nama Walaka Ida Bagus Gede Suamem.

(Kamu Merasa Tak Berguna? Ini Renungan Ida Pedanda Gunung: ‘Hidup Itu Seperti Sebuah Perjalanan’)

Setelah menamatkan SD (1965) di Blahbatuh dan SMPN (1968) di Gianyar, beliau lalu melanjutkan pendidikan ke Taman Guru Atas (1971) di Sukawati.

Beliau kemudian bekerja sebagai Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Gianyar (1972 - 1974), lalu menjadi guru SD di mawang Ubud (1975 - 1983) dan selajutnya pindah ke SD 7 Saba (1987 - 1994). Tahun 1992 beliau sempat mendapat peringkat sebagai guru teladan Kecamatan Blahbatuh.

Disela -sela kesibukan sebagai guru, beliau melanjutkan pendidikan di Institut Hindu Dharma (IHD) hingga memperoleh gelar Sarjana Muda pada tahun 1986.

Beliau Madiksa atau menjadi pedanda pada tahun 1994 dan sejak tahun 2002 sampai sekarang beliau menjadi dosen luar biasa di almamaternya di Fakultas Usada Universitas Hindu Indonesia, sebutan IHD sekarang.

Selain itu beliau juga aktif dalam kegiatan organisasi sejak akhir tahun 1960-an. Mula - mula di bidang olah raga, menjadi pemain voli seleksi PON Bali, menjadi pelatih karate (sabuk hitam), dan kemudian organisasi keagamaan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved