Hari Raya Imlek
Tari Rudat dan Kesenian Bali Meriahkan Perayaan Cap Go Meh, Junjung Nilai Toleransi di Tanjung Benoa
Perayaan Cap Go Meh 2019 di Klenteng Caow Eng Bio dikemas berbeda dan menunjukkan toleransi antar umat beragama di Bali
Penulis: Noviana Windri | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Perayaan Cap Go Meh merupakan tanda berakhirnya rangkaian perayaan Hari Raya Imlek.
Salah satunya perayaan Cap Go Meh 2019 yang digelar di Klenteng Caow Eng Bio sebagai Klenteng tertua di Bali, Selasa (19/2/2019) malam.
Perayaan Cap Go Meh 2019 di Klenteng Caow Eng Bio dikemas berbeda dan menunjukkan toleransi antar umat beragama di Bali, khususnya di Tanjung Benoa.
Acara yang dimulai pukul 18.00 Wita ini digelar sangat meriah.
Para pengurus Klenteng Caow Eng Bio tidak hanya menghadirkan pertunjukan kesenian etnis Tionghoa, seperti Barongsai dan Naga kepada umat yang melaksanakan persembahyangan di Klenteng dan para penonton.
Baca: Kambing Gembrong Asli Bali Terancam Punah, Potensi Kematian Anaknya 60%
Baca: Jatah Umur, Peruntungan hingga Watak yang Lahir Rabu Umanis Tambir
Namun juga memberikan hiburan lain dari berbagai suku seperti pertunjukan Angklung yang merupakan kesenian suku Jawa, yang uniknya dimainkan oleh masyarakat etnis Tionghoa.
Juga ada pertunjukan Tari Pendet, Barong Bali dan Tari Gandrung Bali Sakral dari Sanggar Padma Sandhi Kerobokan sebagai tarian tradisional suku Bali.
Serta tak kalah menarik yaitu Tari Rudat sebagai tarian dari masyarakat Muslim yang tinggal di sekitar Klenteng Caow Eng Bio.
Tari Rudat

Tari Rudat merupakan tarian masyarakat Suku Sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Penasihat sekaligus Pembina Tarian Rudat, Husni Kaslan (44) menyebutkan Tari Rudat yang diwariskan di Tanjung Benoa sudah masuk regenerasi keempat.
"Awal mulanya memang dari sesepuh kami itu mewariskan beberapa gerakan yang disebut dengan Rudat. Dari tahun 2002 kami sudah diajarkan mengenai gerakan Rudat. Ada beberapa regenerasi dan di sini (Tanjung Benoa) termasuk regenerasi yang keempat yang diwariskan ke kami sebagai pewaris," ucapnya kepada Tribun Bali, Selasa (19/2/2019).
Baca: Bahaya, Akibat Lihat Layar Hp dengan Kecerahan Maksimal, Ada 500 Lubang di Kornea Mata Wanita Ini
Baca: Kisah Mahasiswi 21 Tahun Bisnis Oleh-oleh Makanan dari Singkong Beromzet Miliaran
Dikatakannya, Tari Rudat tidak hanya digelar saat perayaan umat muslim dan kegiatan rutin masjid, tetapi diikutsertakan dalam perayaan umat lainnya dan kegiatan-kegiatan di Pemerintahan.
"Kalau awal mulanya kami belum paham pastinya. Karena orang-orang tua kami yang lebih tahu. Tapi setiap ada event di Masjid, Banjar ataupun Klenteng seperti ini kami selalu diikutsertakan dalam kegiatan tersebut,"