30 Anak Tunanetra Hibur Penonton Lewat Pertunjukan "Pang Balang Tamak"

Pentas tunggal drama musikal "Pang Balang Tamak" yang digelar pertama kalinya berjalan sukses

Penulis: Noviana Windri | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Noviana Windri Rahmawati
Penampilan anak-anak tunanetra Yayasan Pendidikan Dria Raba dalam pentas tunggal "Pang Balang Tamak" di Gedung Ksirarnawa, Art Center, Denpasar, Bali, Selasa (8/5/2019) malam. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pentas tunggal drama musikal "Pang Balang Tamak" yang digelar pertama kalinya berjalan sukses.

Pentas tunggal oleh Yayasan Pendidikan Dria Raba ini digelar di Gedung Ksirarnawa, Art Center, Denpasar, Bali, Selasa (8/5/2019).

Pentas yang melibatkan 30 anak-anak tunanetra ini sukses menghibur para penonton yang selama pertunjukan tak pernah sepi tawa dan tepuk tangan.

Pertunjukan ini bercerita tentang seorang Pang Balang Tamak yang mencintai seorang putri raja.

Namun, Sang Raja tidak setuju jika putrinya mencintai seorang dari rakyat biasa.

Baca: 3 Bulan Hirup Udara Bebas dari Lapas Kerobokan, Muliantara Nekat Mencuri Untuk Biaya Sekolah Anaknya

Baca: Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani Lewat Perda Sistem Pertanian Organik

Suatu hari, dengan kelicikannya dan kekuasaannya, Sang Raja berniat meracuni Pang Balang Tamak dengan bekerja sama dengan para anak buahnya memberikan tuak beracun.

Namun, niatnya digagalkan oleh putrinya sendiri dengan mengganti tuak beracun dengan tuak biasa.

Sutradara pertunjukan, Putu Rasta Adi Kusuma menyebut, pesan yang ingin disampaikan dalam pertunjukan ini, jangan menjadi orang yang sombong dan licik.

"Intinya pementasan ini mengandung pesan jangan sombong dan merasa paling berkuasa dalam hidup ini. Karena yang dicari dalam hidup ini kan hanya kedamaian bukan harta dan uang saja," ucapnya.

Baca: THR PNS dan TNI/Polri Cair Tanggal 24 Mei, Bukan Hanya Gaji Pokok, Berikut Rinciannya

Baca: Momen Unik Delegasi PBB Kenakan Batik Khas Indonesia, Sekjen PBB Pilih Tenun Bali

Dijelaskannya, pertunjukan ini disiapkan kurang lebih selama satu bulan.

"Kesulitannya cuma saat mengajarkan bloking saja. Itu lumayan sulit. Tapi di panggung itu kita punya kode-kode tersendiri. Tadi itu ada tali di lantai, itu dijadikan patokan buat teman-teman di atas panggung," terangnya.

Putu Rasta berharap dengan pertunjukan ini masyarakat umum dan instansi-instansi bisa lebih mendukung dan tidak lagi memandang anak-anak penyandang disabilitas sebelah mata.

"Kita sebagai penyandang disabilitas biar tidak lagi dipandang sebelah mata. Kita bisa lakukan apa yang mereka lakukan," pungkasnya.(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved