Siswa Pasraman di Tabanan Akan Dijadikan Watangan Calonarang, Dibakar Selama 3 Menit

“Empat kali percobaan kami dua kali sempat gagal, setiap kegiatan pasti akan ada resiko masing-masing. Jadi unsur kecelakaan itu tetap ada,”

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali / I Made Prasetia Aryawan
KAIN MERAJAH - Guru Pasraman Cakra Ca Buana atau Nabe Calonarang, I Bagus Putu Budi Adnya, menunjukkan kain putih rajahan di Banjar Temuku Aya, Desa Tanguntiti, Selemadeg Timur, Tabanan, Bali, Senin (23/4/2018). 

TRIBUN-BALI.COM - PASRAMAN Cakra Ca Buana di Banjar Temuku Aya, Desa Tanguntiti, Selemadeg Timur, Tabanan, Bali akan mementaskan Calonarang  Watangan Mebakar (Mayat Dibakar) pada tengah malam ini, Selasa (24/4/2018) atau Anggara Wage Gumbreg.

Siapakah yang akan menjadi bangke yang akan dibakar tersebut dan bagaimana prosesinya?

Setelah pementasan Calonarang Watangan Mapendem (Mayat Dikubur) dilaksanakan di Banjar Desa Getakan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, pada 13 Oktober 2016, membuat heboh masyarakat Bali, kini kembali dipentaskan calonarang yang berbeda dari biasanya.

Kali ini pertunjukan calonarang dengan melaksanakan ritual pamurub ajian geni astra atau dengan menggunakan watangan mebakar dengan judul Nyai Ratna Sumedang.

Pertunjukan ini digagas oleh pemegang calonarang atau nabe calonarang I Bagus Putu Budi Adnya (48).

Calonarang ini melibatkan siswa di pasramannya untuk menjadi watangan (bangke).

Siswa tersebut adalah Ketut Suwitna.

Pihak keluarga telah dinyatakan sepakat untuk menjadikan Suwitna sebagai watangan.

Proses watangan dibakar ini diperkirakan akan berlangsung sekitar tiga menit menit.

Tidak lama memang, namun dipastikan akan menegangkan.

Budi Adnya menuturkan, pementasan Calonarang Watangan Mebakar ini bukan merupakan pertunjukkan kawisesan (pengetahuan) atau perang ilmu.

Melainkan sebuah pertunjukan seni calonarang, dimana para seniman mencoba untuk berkreasi yang di dalamnya ada unsur magis, mistis, dan ritual.

Seluruh persiapan pun telah dilakukan dalam kurun waktu dua hingga tiga bulan sebelumnya.

Persiapan yang paling penting adalah untuk siswanya yang menjadi watangan yakni agar benar-benar memahami tatwa ajian geni astra. 

“Pementasan calonarang ini hanya sebuah pertunjukan seni, bukan menunjukkan kesaktian atau ajum-ajuman,” ucapnya saat ditemui Senin (23/4/2018). 

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved