Kembali Datangi Polda Bali, Saridika Ceritakan Penghuni Ashram Ketakutan dan Tertekan

Usai dimintai keterangan oleh polisi selama kurang lebih tiga jam, Saridika menceritakan dampak beredarnya isu itu bagi penghuni Ashram

Penulis: Busrah Ardans | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Busrah Ardans
Wayan Saridika dengan Kuasa Hukumnya dan dua anak Ashram mendatangi Polda Bali, Jumat (1/3/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Bali Busrah Ardans

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Setelah melakukan Dumas (Aduan Masyarakat) beberapa waktu lalu, Koordinator Pelapor Ashram Sevagram Klungkung, Wayan Saridika bersama Kuasa Hukumnya, Nyoman Yudhara mendatangi Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Bali, Jumat (1/3/2019) pagi, melanjutkan aduannya kepada kepolisian untuk melengkapi laporan kepolisian.

Usai dimintai keterangan oleh polisi selama kurang lebih tiga jam, Saridika di hadapan wartawan mengatakan dampak beredarnya isu itu bagi penghuni Ashram.

Dikatakan, penghuni Ashram ketakutan bahkan tertekan.

Bahkan, ada salah satu penghuni Ashram yang sampai dipanggil Guru BK di sekolah untuk dimintai keterangan.

Saridika mengaku kecewa dengan pemberitaan negatif yang mengarah pada Ashram.

Baca: Banyuwangi Kolaborasi dengan Produsen Suvenir Asian Games, Angkat Kerajinan Lokal

Baca: Targetkan 120 Kantong, Polda Bali Gelar Bakti Sosial Donor Darah

Hal itu menurutnya mengganggu psikologis penghuni Ashram.

"Saya merasa kecewa dengan adanya pemberitaan seperti ini, karena saya tahu sendiri kegiatan kami seperti apa, beliau seperti apa, kami tahu sendiri. Selama saya tinggal di Ashram sejak 2011 tidak ada perlakuan yang aneh-aneh. Mereka membuat pernyataan juga tanpa melakukan investigasi, meminta keterangan kami begitu," lanjutnya dengan nada kecewa.

"Jadi saya juga kurang paham, apakah hanya asumsi mereka menjadikan fakta dengan membicarakannya berulang-ulang di media sosial, sebenarnya itu sangat menyakitkan kami dari pihak Ashram. Mereka seolah-seolah men-judge tempat kami sebagai tempat paedofilia, kami sangat kecewa," jelasnya lagi.

Ia yang kini sebagai pengajar di Ashram kembali menegaskan dampak psikologis yang dirasakan anak-anak penghuni Ashram.

"Bahkan kalau berpergian ke tempat umum sedikit, takut gitu. Karena ada juga teman-teman mereka yang awalnya akur, sedikit menjauh dari mereka. Ada juga teman-teman mereka yang bercandain, secara serius apa cuma memang bercanda gitu, apalagi kalau cewek yang digituin kan mereka kepikiran. Kalau cowok masih bisa mungkin dibercandain, tapi kalau cewek kan lebih perasa begitu. Juga pernah katanya dipanggil sama guru BK-nya mengenai pemberitaan ini. Dan mereka kaget, akhirnya dijelaskan ke pihak BK kalau tidak terjadi apa-apa," tuturnya panjang lebar.

Baca: Asmara Terlarang Kades dan ABG Putri, 3 Kali Berhubungan di Rumah Dinas hingga Sang ABG Hamil

Baca: Terlibat Peredaran Ganja dan Sabu-sabu Divonis 8 Tahun dan 9 Bulan, Yustinus Pikir-pikir

Sementara itu, Kuasa Hukumnya, Nyoman Yudhara yang ditemani 3 orang penghuni Ashram menjelaskan maksud kedatangan mereka hari ini adalah melengkapi Dumas tersebut.

"Kami melengkapi aduan terhadap tiga orang, yang satunya ternyata ada klasifikasi lain dari penyidik. Yang tiga itu terdiri atas Mbak Ipung atau Siti Sapurah, Dwitra J Ariana dan I Wayan Setiawan, ini sudah kami laporkan secara resmi, kami tinggal melengkapi yang lain saja. Ada satu lagi berkas yang akan dilengkapi dan kemungkinan Senin nanti saya serahkan,"

"Hari ini nomor LP belum, kami hanya melengkapi Dumas-nya saja. Tapi pada prinsipnya sudah diterima. Kami melapor sebagai Dumas sudah sepekan lalu, sekarang hanya diperiksa sebagai pelapor. Adapun beberapa dokumen yang dilengkapi seperti legalitas sebagai Ashram, legalitas orang yang melapor, juga tentang hal apa yang dilaporkan," jelasnya menerangkan.

Selaku koordinator kata dia, pelapor Wayan Saridika diperiksa untuk mengambil keterangan.

Baca: Divonis 20 Bulan Penjara, Trio Pencuri Modus Coblos Ban Pasrah

Baca: The Essence Of Friendship : Luna Maya Merasa Dicintai

"Intinya tentang pasal 27 angka 3 pencemaran nama baik lewat ITE yang dijunto-kan ke pasal 45. Sementara nama keempat yang bernama Rie Olsen kata di-keep karena tidak intens berkomentar," katanya lagi.

Adapun satu surat yang akan dilengkapi ialah mengenai surat kuasa pemilik Ashram.

Satu saja surat yang kurang itu disebutnya ialah surat kuasa pemilik Ashram yang memberikan kuasa kepada koordinator untuk membuat LP.

"Itu saja, yang lain sudah lengkap. Surat kuasa kordinator itu dari pemilik Yayasan, ini ada alumni Ashram yang lagi studi nanti dia akan datang memberikan kuasa. Dia turut mendukung, apalagi ini kan dia yang mendorong adanya laporan ini. Jadi laporan hari ini berdasarkan keluarga Ashram bukan pihak GI," ungkapnya kepada wartawan.

Ditanya mengenai laporan yang akan dibuat pihak GI, disebutkannya sudah berkoordinasi.

Baca: Dukung Program Bali Clean and Green, Pertamina Bersama FSPPB Gelar Aksi Bersih Pantai

Baca: Setelah Ikuti One Day Eco Camp, Para Peserta Dinobatkan Menjadi Eco Warior

"Sudah ada koordinasi dengan Pak GI untuk laporannya. Tapi dia nanti tersendiri. Bersama timnya akan membuat LP yang sama. Saya tidak mengetahui kapan GI bersama 20 pengacara akan melapor, tapi itu kata dia akan diselesaikannya satu persatu dan menempuh jalur hukum," jawabnya.

Dia menyambung, informasi yang kata dia menyudutkan Ashram membuat anak-anak di Ashram merasa tertekan.

"Ada anak Ashram yang sampai ketakutan, sampai dia kabur ke Jawa untuk menenangkan diri, saking tertekannya gitu. Ada juga yang di Ashram Klungkung sampai pulang ke orang tuanya. Karena mereka melihat komentar-komentar di media sosial bahwa ada yang mau membakar, ada yang nyeret akhirnya mereka ketakutan,"

"Kalau dari segi psikologis anak-anak ini yang terkena dampaknya. Ashram itukan yang tidak tahu apa-apa, kalau dalam pertanggungjawaban pidana itukan bukan dia (Ashram) pelakunya. Saya sering menganalogikan bahwa ketika satu institusi dan oknumnya berbuat keliru, apakah institusinya yang akan diserang bertubi-tubi? Kan tidak?" ujarnya.

Saat ini imbuhnya, jumlah anak-anak yang bersekolah di Ashram Sevagram Klungkung berjumlah 8 orang (Cowok 5 dan 3 Perempuan).

"Yang tinggal di sana dan masing-masing mereka kuliah semua. Kalau di Denpasar belum tahu pasti berapa tapi totalnya semua 27 orang. Saya tegaskan tidak ada anak kecil di sana, semuanya kelas 3 SMA sampai kuliah. Sementara di Denpasar kuliah semua. Banyak yang di Denpasar karena dekat dengan kampus, tapi biasanya memang di Klungkung semua. Karena Jumat, Sabtu, Minggu setelah kuliah mereka ke Klungkung untuk Training," imbuhnya tegas. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved