Kekerasan di Sekolah

Permintaan Maaf Kepsek Ditolak, Keluarga NKP Tempuh Jalur Hukum

Kedatangan pihak sekolah yang dipimpin langsung Kepsek IGMS untuk melakukan klarifikasi dan mediasi terkait dugaan kekerasan yang menimpa NKP

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Irma Budiarti
dokumentasi polis
Siswi di Klungkung berinisial NKP (19) asal Desa Tojan, Klungkung ketika melakukan visum di RSUD Klungkung, Kamis (9/5/2019). NKP melapor ke kepolisian karena merasa menjadi korban kekerasan oleh kepala sekolahnya. 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Piihak sekolah di Klungkung dan Kepsek IGMS menyambangi kediaman NKP di Dusun Tojan Kaler, Desa Tojan, Klungkung, Jumat (10/5/2019).

Kedatangan pihak sekolah yang dipimpin langsung Kepsek IGMS untuk melakukan klarifikasi dan mediasi terkait dugaan kekerasan yang menimpa NKP.

Rombongan dari SMA di Klungkung tersebut tiba di kediaman NKP sekitar pukul 09.00 Wita.

Beberapa guru tampak menampingi Kepsek IGMS, yang saat itu diantar oleh Kepala Dusun Tojan Kaler, I Komang Yakantika dan Babhinkamtibmas Desa Tojan Ketut Narta.

Rombongan ditemui langsung oleh orangtua dan kakak NKP, WSS dan IWP.

Dalam pertemuan itu, pihak sekolah sempat mengklarifikasi kejadian tersebut, di hadapan orangtua NKP.

Pihak sekolah pun terus menjelaskan ke keluarga, jika saat itu tidak sampai ada luka atau darah dimulut NKP.

Pernyataan ini pun sempat menyulut emosi pihak keluarga NKP.

Baca: Ini Tips yang Harus Dilakukan Sebelum Menebang Pohon Agar Aman dari Gangguan Mahluk Gaib

Baca: Sempurnakan Program Pitra Jagra, RSUD Klungkung Bakal Sediakan Peti Mati Gratis

"Saya tidak mau penjelasan apa-apa lagi. Adik saya sudah divisum, buktinya ada. pakaiannya berlumuran darah juga sudah disita oleh polisi," ungkap Predi di hadapan kepala sekolah, IGMS.

Ayah dari NKP, WSS yang masih tampak emosi, lalu kembali mempertanyakan kedatangan pihak sekolah ke rumahnya.

Ia merasa masih belum terima, karena anaknya menjadi korban kekerasan oleh kepseknya sendiri.

"Kami dari pihak sekolah mau memberikan penjelasan terkait bagaimana sebenarnya peristiwa itu. Saya selaku kepala sekolah juga memohon maaf, dan agar masalah ini bisa selesai secara kekeluargaan," ungkap Kepsek IGMS.

Namun pihak keluarga ternyata tetap tidak mau menerima hal tersebut.

Permintaan maaf dan damai dari pihak sekolah ditolak mentah-mentah oleh keluarga NKP.

Baca: Doa-doa Saat Hari Saraswati, Muliakan Pengetahuan dengan Melakukan Yoga

Baca: Made Gama Hati-hati Tentukan Alur Pahatan, Uji Kompetensi Sertifikasi Perajin Kriya Kayu Ukir

Pihak keluarga bersikeras agar kasus ini deselesaikam secara hukum.

Kepala sekolah beberapa kali menyampaikan permintaan maaf, namun tetap pihak keluarga meminta agar penyelesaian masalah dilakukan secara hukum.

"Saya sudah 20 tahun menjadi guru, menamatkan ribuan siswa. Tapi baru kali ini mendapatkan masalah seperti ini," ungkap IGMS.

Sekitar setengah jam berada di kediaman NKP, pihak sekolah lalu pamit pulang dan berharap dapat menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan di lain kesempatan.

Ayah NKP, WSS mengungkapkan, pihaknya masih belum terima terhadap perlakuan Kepsek IGMS terhadap putrinya.

Baca: Fans Selalu Tagih Gelar Juara, Teco: Kita Harus Kerja Keras!

Baca: Majelis Hakim Tolak Seluruh Gugatan Nata, Sidang Gugatan Penyitaan Aset Mantan Bupati Klungkung

Terlebih ternyata saat datang ke sekolah, Kamis (9/5/2019), ia sudah dengan baik-baik hendak bicara dengan Kepsek IGMS.

"Saya kemarin sudah ke sekolah, dan bertanya baik-baik kenapa anak saya berdarah. Tapi tanggapannya, malah mempersilakan saya lapor polisi. Ini yang saya sesalkan, anak saya berdarah seperti itu tapi dibiarkan begitu saja. Alasanya tadi dia (kepsek) bilang meminta maaf karena kemarin sibuk, pekerjaannya banyak. Apa saat menjambak rambut anak saya, ia tidak sibuk?" jelas WSS yang tampak sangat kecewa.

WSS ngotot ingin melanjutkan masalah ini ke proses hukum, karena tidak ingin ada kejadian serupa.

Menurutnya, apapun alasannya tidak dibenarkan menggunakan kekerasan fisik.

Apalagi sampai berdarah-darah.

"Guru jewer muridnya wajar, guru marahin muridnya juga wajar. Tapi kekerasan fisik sampai berdarah seperti anak saya, apa wajar? Walau saya orang bodoh, saya tahu kalau apapun alasannya tidak dibenarkan memakai kekerasan fisik. Apalagi kejadian ini di sekolah," ungkap WSS. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved