Bahas Target Penurunan HIV/AIDS, Sejumlah Negara ASEAN Bertemu di Bali  

Indonesia berkomitmen untuk mengendalikan epidemi ini dengan mencapai target PBB yaitu UN 90-90-90 Treatment for All Targets demi memastikan bahwa HIV

Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin
Pemukulan gong oleh Menkes Nila didampingi Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono dan Perwakilan Pemprov Bali serta penyelenggara pertemuan. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - ASEAN Cities Leadership Forum on G2Z (Getting to Zero) digelar di Nusa Dua, Bali.

Menteri Kesehatan RI,kklkkkk,k Nila F. Moeloek membuka secara resmi pertemuan tersebut, Jumat (11/10/2019).

Pembukaan ditandai dengan pemukulan gong oleh Menkes Nila didampingi Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono dan Perwakilan Pemprov Bali serta penyelenggara pertemuan.

Pertemuan ini mengundang 73 Kepala Daerah yang berkomitmen mengikuti project ASEAN Cities Getting to Zeros: Fast-Tracking dalam pencapaian target penurunan kejadian HIV and AIDS.

Kunai, Senjata Kecil yang Melukai Wiranto, Bisa Dipakai Ninja Panjat Dinding

Anda Takut Bahagia Karena Hidup Terlalu Baik? Bisa Jadi Anda Tengah Mengidap Cherophobia

Pertemuan ini menunjukkan komitmen yang tinggi dari para walikota dan bupati yang berpartisipasi dalam kegiatan ASEAN Cities Getting to Zeros serta pengelola program HIV/AIDS.

Ini untuk memperkuat komitmen regional dalam rangka penanggulangan AIDS di wilayah ASEAN serta komitmen kita bagi rakyat, utamanya pada populasi kunci.

ASEAN merupakan sebuah platform regional yang terdepan dalam mendorong terwujudnya  sebuah masyarakat  yang  aktif, partisipatif dan inklusif, sebagaimana ditunjukkan oleh inisiatif ASEAN Getting to Zeros.

Inisiatif ini mencerminkan kontribusi Masyarakat ASEAN  melalui Visi ASEAN 2025: Maju Bersama Mencapai Target Global Pengendalian Epidemi AIDS.

Menkes Nila menyampaikan sejak 8 tahun yang lalu, kita tetap konsisten menindaklanjuti Declaration of Commitment:  Getting to Zero New HIV Infections, Zero AIDS-Related Deaths, and Zero Discrimination yang ditetapkan pada tahun 2011.

“Kita tetap konsisten, menindaklanjuti deklarasi ini melalui keikutsertaan beberapa kota-kota yang tergabung dalam proyek ASEAN Cities Getting to Zerospada Paris Declaration on Fast Track Cities, tahun 2014,” jelasnya.

Deklarasi tersebut menegaskan keinginan para walikota dan bupati mewujudkan tercapainya target 90-90-90 pengendalian HIV dan AIDS.

Begini Detik-detik Video Insiden Jalan Layang di China Runtuh Timpa Mobil Melintas, 3 Orang Tewas

Inilah 3 Sosok Polisi Indonesia Berpenampilan Nyentrik Dan Ditakuti Penjahat, Sempat Viral

Negara anggota ASEAN ternyata selangkah lebih maju, sebab pada September 2016 di Lao PDR kita menyepakati Declaration of Commitment on HIV and AIDS: Fast-Tracking and Sustaining HIV and AIDS Responses to End the AIDS Epidemic by 2030.

Sedangkan, komunitas internasional menyatakan komitmennya pada bulan November di tahun yang sama.

Ketika itu, negara-negara anggota ASEAN turut menyatakan keinginan untuk memastikan bahwa tidak seorang pun yang tertinggal dalam penanggulangan AIDS.

Hal ini terwujudkan dengan menyediakan akses masyarakat pada pelayanan, dukungan, dan pengobatan yang berkualitas serta diusahakan bahwa tidak terjadi penolakan layanan kesehatan akibat stigma dan diskriminasi terhadap ODHA.

“Dalam periode 2010-2017, infeksi HIV di wilayah regional ASEAN  turun sekitar 19 persen. Hal ini menunjukkan terjadi kemajuan yang bermakna dalam upaya penanggulangan serta menggambarkan bahwa adanya inisiatif regional turut berperan dalam capaian ini,” ungkap Menkes Nila.

Terdapat beragam bukti klinis yang kuat terkait konsep HIV Undetectable Equals Un-transmittable (U equals U) atau tidak terdeteksinya HIV sama dengan tidak adanya penularan.

U equalsU artinya jika ODHA dengan viral load yang tidak terdeteksi yang juga taat menggunakan ART, maka ia tidak lagi menularkan virus melalui penularan  seksual pada orang lain.

Garam Amed, Sarana Pembayaran Retribusi di Zaman Kerajaan

Persiapan Panjang Bali United Lawan Borneo FC, Taufiq: Mereka Kuat di Kandang Tak Pernah Kalah

ASEAN Good Practice Regional Reportmencatat bahwa di wilayah regional ASEAN telah terjadi peningkatan jumlah ODHA yang memperoleh dukungan di semua tingkatan continuum care, peningkatan jumlah layanan tes HIV dan konseling, serta pengobatan.

Sementara itu, jaminan kesehatan nasional atau Universal Health Care (UHC) mendapat perhatian lebih besar di dunia ketika dana bantuan global untuk HIV AIDS mulai menurun.

Oleh karena itu, masing-masing negara diharapkan meningkatkan upaya mereka untuk mendanai sendiri kegiatan penanggulangannya serta mencapai UHC .

Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan cakupan layanan kesehatan, mengurangi kesenjangan, dengan memulai pelaksanaan jaminan kesehatan nasional sejak 2004 serta memperkuat sistem pelayanan kesehatan.

Langkah ini sejalan dengan target global WHO “triple billion”, yaitu memastikan bahwa 1 milyar orang memperoleh manfaat dari asuransi kesehatan, 1 milyar orang terlindungi dari kegawatdaruratan kesehatan serta 1 milyar orang meningkat status kesehatannya.

Pemerintah Indonesia sangat menyadari bahwa jaminan kesehatan nasional menyediakan paket pelayanan kesehatan yang komprehensif untuk mengatasi masalah kesehatan dengan kontribusi pada peningkatan beban penyakit.

Dan memastikan bahwa tidak ada orang yang ditinggal atau tidak dapat mengakses layanan kesehatan, termasuk populasi kunci tetap dapat mengakses pengobatan Antiretroviral (ARV).

Pelayanan yang sangat dibutuhkan oleh populasi kunci dan Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) sudah termasuk dalam Standar Pelayanan Minimum (SPM) di Indonesia.

Standar Pelayanan Minimum Sektor Kesehatan tersebut, mencerminkan komitmen para pemimpin daerah mencegah dan mengendalikan HIV AIDS di wilayah mereka.

Semua layanan kesehatan di negara ini harus mampu menyediakan tes HIV, yakni di 9.825 layanan kesehatan primer (Puskesmas) dan 2.776 rumah sakit. 

Sedang Diuji Coba, Pengguna Instagram Bisa Bagikan Unggahan Stories ke Grup

Sariada Tantang Pelaku Tarung Gagasan, Lima Baliho Calon Perbekel Panji Dirobek di Bagian Wajah

Untuk mendukung upaya tersebut, Pemerintah Indonesia secara berkelanjutan terus melibatkan organisasi masyarakat sipil lokal di semua tingkat pengambilan keputusan sebagai wujud penghapusan stigma dan diskriminasi dalam mengakses layanan kesehatan.

Proyek ASEAN Cities Getting to Zeros dimulai dengan 13 kota dan sekarang telah menjadi 73 kota. 

“Sudah hampir satu dasawarsa sejak kita memulai inisiatif ini dan sekarang kita sudah melihat hasilnya dengan beberapa negara anggota ASEAN mencapai target 90-90-90 (sembilan puluh sembilan puluh sembilan puluh),” tuturnya.

Mengenai seberapa efektif obat ARV menekan HIV/AIDS? Menkes Nila mencontohkan odha misalnya X diperiksa positif lalu diberikan obat (ARV).

“X ini harus patuh minum obatnya karena obat ini menekan virus. Sehingga tidak menyebarkan lagi virus ke orang lain,” jawab Menkes.

Sementara Dirjen P2P Anung Sugihantono menyampaikan, lebih dari 600.000 orang di Indonesia hidup dengan HIV/AIDS.

Tingkat penularan pun tetap tinggi di antara berbagai kelompok kunci. 

Indonesia berkomitmen untuk mengendalikan epidemi ini dengan mencapai target PBB yaitu UN 90-90-90 Treatment for All Targets demi memastikan bahwa HIV tidak lagi menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat.

Program 90-90-90 yang terdiri dari tiga poin. Pertama, pada 2020, 90% orang dengan HIV/AIDS (ODHA) telah mengetahui stasus kondisi mereka. 

Kedua, pada 2020, 90% orang yang telah didagnosa terinfeksi HIV, sudah menerima terapi antiretroviral (ART).

Ketiga, pada 2020, 90% dari penerima terapi ART telah mengalami penurunan jumlah virus hingga tidak terdeteksi lagi.

Bos Maspion Grup Ungkap Rp 149 M di Sidang, Alim Markus: Uang Tak Kembali, Sudikerta Banyak Janji

Mengenai target tersebut apakah optimis tercapai? Anung menjawab di akhir tahun 2019 berharap bisa mencapai 423 ribu.

 
“Dari situ diharapkan setidak-tidaknya itu di atas 70 persen orang yang sudah mengetahuinya dan minum obat. Dan setidak-tidaknya 80 persen yang minum obat itu bisa sustaine hingga akhir tahun dan tahun depan,” imbuh Anung.(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved