Manfaatkan Limbah Domestik sebagai Pupuk Hayati, Mahasiswa Unhi Raih Juara I di Kancah Nasional

Sudah bermunculan mikroorganisme dalam tanah seperti cacing dan jamur yang sangat diperlukan oleh tanah. Ini berbeda dengan pupuk kimia yang malah

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/I Wayan Sui Suadnyana
I Made Dwi Mertha Adnyana 

Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kondisi tanah pertanian di Bali saat ini kondisinya dinilai sudah semakin memburuk.

Hal itu akibat penggunaan pupuk kimia (sintetis), menurunnya kondisi lingkungan dan berbagai limbah pencemaran lainnya.

Memburuknya kondisi tanah di Bali menyebabkan tanaman pangan yang dihasilkan juga tidak sehat.

Apabila bahan pangan yang tidak sehat ini dikonsumsi dalam jangka panjang, maka berpotensi mengakibatkan stunting.

Di tengah kondisi tersebut, mahasiswa Universitas Hindu Indonesia (Unhi) I Made Dwi Mertha Adnyana mencoba memberikan solusi.

Mengenal Ni Luh Putu Diah Desvi Ariana, Miss Internet Indonesia 2019 dan Segudang Kesibukannya

Kebakaran Lahan di Kintamani Kian Meluas, Api Merembet 600 Meter ke Utara

Mahasiswa Semester V Program Studi (Prodi) Biologi ini menyajikan karya berjudul "Potensi Limbah Domestik sebagai Biofertilizer guna Memperbaiki Kualitas Tanah Menuju Prtanian Berkelanjutan".

Lewat karyanya itu, Dwi berhasil mengharumkan nama Bali dengan mendapatkan Juara I di kancah nasional pada ajang Lomba Karya Tulis Mahasiswa Nasional 2019 di Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimatan Timur.

Dalam ajang yang dilaksanakan pada 19 Oktober 2019 lalu itu, Dwi berhasil menumbangkan 277 kompetitor dari perguruan tinggi se-Indonesia.

Di balik karyanya itu, Dwi memiliki mimpi besar untuk memperbaiki nutrisi tanah pertanian di Bali guna mencegah stunting (gizi buruk) pada generasi penerus Pulau Dewata di masa depan.

Lewat karya yang ia gagas, putra kedua dari pasangan I Gede Ketut Sunatra dan Ni Ketut Sariani ini ingin mengajak petani untuk beralih dari pupuk kimia ke organik.

"Saya menawarkan ide memanfaatkan limbah domestik (sampah rumah tangga dan pasar) untuk memunculkan produk baru berupa biofertilizer (pupuk hayati) yang nantinya diperoleh dua hasil yakni pupuk padat dan pupuk cair dengan bantuan teknologi yang masih kami rancang," kata Dwi di Denpasar, Selasa (22/10/2019).

Dwi mengakui, pupuk temuannya baik padat maupun cair sudah pernah diuji ke Balai Pertanian di Bogor dan hasilnya dalam satu bulan sudah terlihat.

Jadwal Siaran Langsung French Open 2019 di TVRI, Ada Ahsan/Hendra Hingga Jonatan Christie

Tingkatkan Layanan, Bank Mantap Relokasi KCP Klungkung 

"Ciri-cirinya sudah bermunculan mikroorganisme dalam tanah seperti cacing dan jamur yang sangat diperlukan oleh tanah. Ini berbeda dengan pupuk kimia yang malah membunuh mikroorganisme dalam tanah," paparnya.

Jika mesin rancangannya sudah selesai, Dwi memprediksi mampu menghasilkan 80 kg pupuk padat dan 250 liter pupuk cair.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved