Ayam Peliharaan di Bali Mati Misterius
Belasan Ayam Mati Mendadak di Jembrana Bali, Petugas Medikvet Beri Imbauan Ini
Petugas Medikvet Kecamatan Mendoyo, drh I Made Putra Wiadnyana mengatakan, pihaknya menyarankan disifeksi atau disinfektan.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, NEGARA- Kasus matinya belasan ayam dari indukan milik Ni Wayan Suwerti warga Banjar Pasar Desa Yehembang Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali diduga kuat penyebabnya karena perubahan iklim.
Bahkan karena cuaca ekstrem.
Karena itu, petugas meminta supaya warga pemilik hewan supaya memberikan disinfektan dan melakukan pembersihan kandang secara rutin.
Petugas Medikvet Kecamatan Mendoyo, drh I Made Putra Wiadnyana mengatakan, pihaknya menyarankan disifeksi atau disinfektan.
• Belasan Ayam Yang Mati di Jembrana Bali Diduga Karena Gigitan Ular Atau Cuaca Ekstrem
• Bukan Flu Burung, Dokter Hewan Sebut Belasan Ayam Yang Mati di Jembrana Bali Karena Faktor Lain
• Belasan Ayam Yang Mati Misterius di Jembrana Keluarkan Air Liur Dari Paruh Tanpa Gejala Penyakit
Kemudian melakukan pembersihan lingkungan tempat ayam dipelihara.
Sebab, cuaca ekstrem menjadi pemicu utama matinya ayam.
"Kan saat ini perubahan cuaca. Dan hujan kemudian panas terus hujan lagi. Itu berpengaruh pada kesehatan atau ketahanan tubuh ayam," ucapnya, Rabu (18/12/2019).
Dari pantauan petugas Medikvet Mendoyo pun memberikan sebuah botol cairan disinfektan.
Cairan itu bisa disemprotkan ke kandang ayam dengan perbandingan satu tutup botol dengan satu liter air.
Petugas memberikan desinfektan tersebut supaya ketahanan tubuh ayam terjaga dari cuaca ekstrem dan mematikan virus atau penyakit yang ada pada hewan.
Hal yang sama juga dilakukan ketika ada kasus kematian kucit di Desa Manistutu beberapa waktu lalu.
Ia juga mengimbau warga tidak cepat menyimpulkan flu burung.
Sebab, itu sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian pedagang dan peternak skala besar.
"Kalau ada keluhan segera melapor. Maka kami terjun dan menangani. Jangan cepat disimpulkan, kasihan nanti pedagang dan peternak skala besar. Karena bukan flu burung disebut flu burung," bebernya. (*)