Opsi Rel Kereta 30 Meter di Bawah Tanah, LRT Bandara-Jineng Ground Breaking Juni 2020
Terkait rel dari LRT ini masih sedang didiskusikan, opsinya antara dibangun melayang atau berada di bawah tanah (underground) sedalam 30 meter.
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Sejak dilakukan ground breaking, ditargetkan 24 bulan ke depan LRT sudah harus beroperasi atau diperkirakan selesai pada tahun 2023.
General Manager PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Herry A.Y. Sikado mengatakan pembangunan LRT Bandara Ngurah Rai ini tujuannya adalah untuk memperlancar konektivitas dari Kuta ke Bandara dan sebaliknya.
Selama ini, akses tersebut menjadi persoalan terutama saat peak season seperti pada bulan Desember lalu.
Menurutnya, salah satu moda transportasi yang bisa mengakomodasinya adalah dengan menggunakan kereta.
Selain itu, moda transportasi ini diharapkan bisa menjadi alternatif untuk mengurangi kepadatan yang ada di dalam Bandara.
“Kalau dilihat sekarang kapasitas parkir kita itu hanya 3.800. Mudah-mudahan dengan alternatif moda transportasi ini bisa mengurangi kepadatan di dalam bandara maupun nanti aksesibilitasnya ke kota,” kata Herry.
Pihaknya membenarkan saat ini prosesnya masih dalam masa studi.
Dari pihak PT Nindya Karya juga sudah melakukan presentasi.
Selanjutnya, akan diikuti oleh kajian bersama yang akan melibatkan Dinas Perhubungan Provinsi Bali dan seluruh stake holder yang ada di Bali.
“Apalagi pada saat tahap ultimate, kita targetkan 37 juta penumpang yaitu tahun 2026. Sekarang kita sudah mendekati 25 juta penumpang. Harapannya 2024 penumpang sudah mencapai 28 juta,” imbuhnya.
Ia berharap pembangunan LRT ini selesai tahun 2023 seiring perkembangan penumpang yang begitu pesat di Bandara I Gusti Ngurah Rai. (*)