Opsi Rel Kereta 30 Meter di Bawah Tanah, LRT Bandara-Jineng Ground Breaking Juni 2020
Terkait rel dari LRT ini masih sedang didiskusikan, opsinya antara dibangun melayang atau berada di bawah tanah (underground) sedalam 30 meter.
Penulis: Wema Satya Dinata | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - DPRD Provinsi Bali, dalam hal ini Komisi III, mengundang pihak Dinas Perhubungan Provinsi Bali, PT Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai dan PT Nindya Karya (Persero) untuk memaparkan rencana pembangunan Light Rapid Transit (LRT) atau lintas rel terpadu dari Bandara I Gusti Ngurah Rai ke Kuta.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali I Gede Wayan Samsi Gunarta mengatakan pihaknya terus membangun sinergi supaya proyek yang sedang diprakarsai oleh PT Angkasa Pura I sebagai inisiator, dan PT Nindya Karya menggandeng Korea National Railway Authority (KRNA) sebagai investor dan penyedia teknologi ini bisa terealisasi.
Dikatakan Samsi dilihat dalam konteks sistem, LRT ini sudah masuk dalam masterplan Pengembangan Kereta Api Bali 2020-2024.
• Hotman Paris: Pesawat Lion Air Mendarat di Wuhan, Lion Air Sebut Pulangkan Tamu dari Bali
• Dari 140 Koperasi di Klungkung, 33 di Antaranya Tidak Sehat
• Terduga Maling Dihakimi Massa hingga Tewas di Kuta, Pihak Keluarga Ambil Langkah Serius ini
“Sekarang bahwa stepping-nya seperti apa, akan dilihat dari studi yang dilakukan oleh masing-masing pihak,” kata Samsi usai Rapat di Ruang Bapemperda Kantor DPRD Bali, Senin (27/1/2020).
Terkait rel dari LRT ini masih sedang didiskusikan, opsinya antara dibangun melayang atau berada di bawah tanah (underground) sedalam 30 meter.
Menurutnya, jika lintasannya berada di bawah tanah, maka tidak akan ada pembebasan lahan karena sebetulnya kedalaman 30 meter itu secara umum masih dikuasai negara.
• Pelaku Mengaku Dapat Pasokan dari Dalam Lapas, Polres Badung Akan Selidiki Narkoba ke Lapas
• Pakai Dana CSR Rp 9,8 Miliar, Kantor Majelis Desa Adat Mulai Dibangun oleh Pemprov Bali
• Cerita Pilu Istri Aktor Yang Harus Dampingi Suaminya Karena Terjerat Narkoba, Sampai Keguguran
“Sesuai pengaturan ruang di bawah tanah memang dibatasi 30 meter. Supaya praktis, biasanya lintasan itu akan menggunakan ruang di bawah jalan raya sehingga kepentingannya relatif aman,” ujarnya.
Tujuan pembangunan LRT adalah mengurangi kekroditan saat check in di Bandara Ngurah Rai sehingga dibuatkan alternatif di Terminal Jineng, terutama untuk para pengguna public transport, seperti taksi dan sebagainya.
Jalur yang akan dilalui LRT Bandara-Jineng berjarak 4,8 Kilometer.
Tambah Samsi, sekarang proyek ini baru sampai tahapan inisiasi.
• Rumah Industri Ganja Digerebek Polisi, Dua WNA Rusia Ditangkap di Puri Gading Kuta Selatan
• Sakit Setelah Makan di Restoran China di Bali, Seorang Pasien Mengira Kena Virus Corona
Inisiasi itu artinya bahwa investor akan masuk, kemudian mereka mengumpulkan kekuatan bersama untuk memulai pengerjaannya.
Selanjutnya investor akan mengajukan kerja sama kepada PT Angkasa Pura I untuk melakukan studi.
“Setelah itu apakah kerja sama akan dilanjutkan bergantung pada hasil studi. Kalau hasil studinya positif dan AP 1 bisa menerima baru konstruksi bisa jalan. Kalau tidak diterima maka akan dicari alternatif untuk memperbaiki skema yang masih menjadi masalah tersebut,” terangnya.
Diperkirakan peletakan batu pertama (ground breaking) proyek LRT Bandara-Jineng ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2020.
Selama menunggu ground breaking, proses yang mesti dilakukan adalah feasibility study (FS), presentasi kemudian penelaahan terhadap FS, baik secara ekonomi, lingkungan, sosial dan budaya.
Sejak dilakukan ground breaking, ditargetkan 24 bulan ke depan LRT sudah harus beroperasi atau diperkirakan selesai pada tahun 2023.
General Manager PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Herry A.Y. Sikado mengatakan pembangunan LRT Bandara Ngurah Rai ini tujuannya adalah untuk memperlancar konektivitas dari Kuta ke Bandara dan sebaliknya.
Selama ini, akses tersebut menjadi persoalan terutama saat peak season seperti pada bulan Desember lalu.
Menurutnya, salah satu moda transportasi yang bisa mengakomodasinya adalah dengan menggunakan kereta.
Selain itu, moda transportasi ini diharapkan bisa menjadi alternatif untuk mengurangi kepadatan yang ada di dalam Bandara.
“Kalau dilihat sekarang kapasitas parkir kita itu hanya 3.800. Mudah-mudahan dengan alternatif moda transportasi ini bisa mengurangi kepadatan di dalam bandara maupun nanti aksesibilitasnya ke kota,” kata Herry.
Pihaknya membenarkan saat ini prosesnya masih dalam masa studi.
Dari pihak PT Nindya Karya juga sudah melakukan presentasi.
Selanjutnya, akan diikuti oleh kajian bersama yang akan melibatkan Dinas Perhubungan Provinsi Bali dan seluruh stake holder yang ada di Bali.
“Apalagi pada saat tahap ultimate, kita targetkan 37 juta penumpang yaitu tahun 2026. Sekarang kita sudah mendekati 25 juta penumpang. Harapannya 2024 penumpang sudah mencapai 28 juta,” imbuhnya.
Ia berharap pembangunan LRT ini selesai tahun 2023 seiring perkembangan penumpang yang begitu pesat di Bandara I Gusti Ngurah Rai. (*)