Hari Pendidikan Nasional
Sejarah Singkat Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Dirayakan Tiap 2 Mei
Ditetapkannya tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional tidak terlepas dari jasa-jasa salah satu tokoh dan Pahlawan Nasional Ki Hadjar Dewantara
Penulis: Alfonsius Alfianus Nggubhu | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM – Indonesia kembali memperingati salah satu hari paling bersejarah dalam masa perjuangan menuju kemerdekaan, Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas)
Hardiknas diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahun.
Ditetapkannya tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional tidak terlepas dari jasa-jasa salah satu tokoh dan Pahlawan Nasional Ki Hadjar Dewantara.
• Mengenang Sosok Marsinah di Hari Buruh 1 Mei, Aktivis Buruh yang Tak Mau Mengalah pada Nasib
• Kapten Moore Naik Pangkat di Usia 100 Tahun, Kumpulkan Rp 556 Miliar bagi Staf Medis
• Lewati Jam Operasional, Kerumunan Pedagang di Jalan Sulawesi Denpasar Ditertibkan Satpol PP
• Pemprov Bali Minta Masyarakat Hentikan Polemik Soal Hasil Rapid Test Warga Serokadan Bangli
Beliau merupakan pelopor kebangkitan pendidikan di Indonesia.
Dikutip dari berbagai sumber, Ki Hadjar Dewantara merupakan pelopor berdirinya Perguruna Taman Siswa yang akhirnya menjadi cikal-bakal berdirinya lembaga pendidikan di Indonesia.
Ia mendirikan taman siswa pada tanggal 3 Juli 1922 setelah pulang dari pengasingan di Belanda.
Pendirian Perguruan taman Siswa ini ditujukan sebagai tempat bagi orang-orang pribumi untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Karena pada zaman itu untuk mendapatkan pendidikan formal sangat susah.
Hanya kaum bangsawan dan orang-orang Belanda yang memiliki akses ke sekolah-sekolah jaman itu
KI Hadjar Dewantara merupakan seorang penulis, wartawan muda dan tokoh yang aktif di organisasi pemuda pada masa kolonial Belanda.
Tulisan-tulisannya terkenal keras dan mengandung kritikan-kritikan pedas yang ditujukan kepada pemerintah Hindia Belanda atas tindakan yang sewenang-wenang kepada orang-orang pribumi

Akibat kritikan dan tulisannya yang pedas, ia kemudian diasingkan ke Bangka lalu dipindahkan ke Belanda bersama dua rekannya Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo pada tahun 1933.
Pada masa setelah Proklamasi Kemerdekaan, KI Hadjar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pendidikan yang menjabat dari tanggal 19 Agustus 1945 hingga 14 November 1945.
Beliau terkenal dengan slogannya yang membangkitkan semangat pendidikan di Indonesia dalam bahasa Jawa yakni:
““Ing Ngarsa sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Slogan tersebut berarti sebagai berikut “Di Depan menjadi Contoh atau Panutan, Di Tengah Berbuat Keseimbangan atau merangkul, dan Di Belakang memberikan Dorongan atau Mendorong”.