Tak Terjangkau Akses Internet, Kisah Guru Mengajar di Perbatasan Selama Pandemi Covid-19
Mereka yang berada di perbatasan terbentur kenyataan bahwa akses internet merupakan suatu kemewahan.
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Tak semua sekolah dan guru mampu menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dalam jaringan (daring) atau online selama masa pandemi Covid-19.
Mereka yang berada di perbatasan terbentur kenyataan bahwa akses internet merupakan suatu kemewahan.
Seorang guru sekolah dasar (SD) di Sanggau, Kalimantan Barat, Titis Kartikawati, menceritakan bahwa di daerah tempatnya mengajar masih banyak titik-titik yang tak terjangkau internet.
Maka, tidak mungkin baginya memberikan pembelajaran secara online kepada para siswa.
• Kemenkeu Tambah Sektor Penerima Fasilitas Pajak, Ada yang Bermanfaat untuk Karyawan dan Pelaku UMKM
• Banyuwangi Terus Datangkan Peralatan Medis Hadapi Pandemi Covid-19
• Mendikbud Izinkan Dana BOS Digunakan Bayar Honor Guru Honorer
"Tidak semua daerah punya jaringan internet. Banyak blank spot di Sanggau, tidak bisa mengakses internet. Jadi pembelajaran daring tidak bisa dilaksanakan," kata Titik dalam konferensi pers "Inspirasi Para Pejuang Pendidikan pada Masa Pandemi Covid-19" di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (2/5/2020).
Menurut Titis, orangtua siswa yang diajar kebanyakan bekerja sebagai buruh tani atau pedagang sayur.
Membeli kuota internet pun bukan jadi prioritas mereka.
"Di sini orangtuanya masih banyak yang bekerja sebagai buruh tani, pekerja sawit, kemudian pedagang sayur, dan sebagainya. Jadi pakai internet itu cukup memberatkan biayanya," tutur dia.
• Walau WFH Selama Pandemi Covid-19, Tetap Perhatikan Posisi Duduk yang Baik & Benar Saat Bekerja
• Tak Taat Lakukan Isolasi Mandiri, 3 OTG Sanur Kauh Dijemput untuk Jalani Isolasi di Rumah Singgah
• Penelitian Ungkap Makan Daging Mampu Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Pandemi Corona
Ia pun mengaku terbantu dengan program Radio Republik Indonesia (RRI) yang mengajak komunitas guru berkolaborasi mengisi program belajar yang disiarkan khusus selama pandemi.
"Kami Alhamdulillah bisa berkolaborasi dengan RRI dan komunitas guru belajar mengadakan kegiatan RRI selama sejam," kata Titis.
"Kami bergantian Senin sampai Jumat memberikan materi sesuai dengan yang mereka kuasai, tapi tidak harus mengejar sesuai kurikulum tapi bisa memberikan pembelajaran seperti arahan Kemendikbud," imbuhnya.
Lain halnya dengan Titik Nur Istiqomah, guru SD di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah.
• Hardiknas 2020 Angkat Tema Belajar dari Covid-19
• Perlahan, Arab Saudi Mulai Buka Lockdown, Sukses Uji Virus Corona Jadi Kunci Utamanya
• Tekan Gangguan Psikologis Saat Pandemi Covid-19, Pemkot Denpasar Sedikan Layanan Curhat Online
Titik mengaku bersyukur, penggunaan teknologi di Pulau Jawa sudah tak asing bagi para siswa dan orangtua.
Kendati demikian, para guru juga menghadapi tantangan untuk berkreasi dalam mengajar menggunakan teknologi.
"Selama ini konsepsinya bagaimana menjauhkan gadget dari anak-anak, tapi ternyata di posisi seperti ini justru para pendidik ditantang berkreasi memajukan pendidikan menggunakan teknologi yang ada," tutur Titik.