Terima Pawisik Ini, Wakil Bupati Karangasem Wayan Arthadipa Tangkil ke Puri Gede Buleleng
Arthadipa konon mendapatkan pawisik, bahwa ada tiga benda pusaka di Bali diyakini secara niskala dapat memutus mata rantai penyebaran virus corona
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Berbagai upaya dilakukan sejumlah pihak untuk menangani pandemi Covid-19 ini. Termasuk menempuhnya lewat jalur niskala.
Wakil Bupati Karangasem, I Wayan Arthadipa bersama Kepala Biro Kesra Provinsi Bali, pada Rabu (6/5/2020) pagi terpantau tangkil ke Puri Gede Buleleng dan melakukan persembahyanga bersama.
Sayang, saat ditemui seusai melakukan persembahyangan, Arthadipa enggan memberikan keterangan lebih jelas, terkait maksud dan tujuannya tangkil ke Puri Gede Buleleng.
Namun menurut informasi yang beredar, Arthadipa konon mendapatkan pawisik, bahwa ada tiga benda pusaka di Bali diyakini secara niskala dapat memutus mata rantai penyebaran virus corona.
• Insentif Pekerja PHK & Dirumahkan Tak Kunjung Cair, Badung Malah Lakukan Pendataan Ulang Dari Nol
• Dugaan Pencurian Pratima Berupa Ketu di Pura Taman Limut, Polsek Ubud Lakukan Penyelidikan
• Disamping Berbagi Takjil Gratis, Masjid Baitul Makmur Buka Program Donasi bagi Para Dermawan
Tiga benda pusaka itu diantaranya keris pusaka Ki Baru Semang di Puri Gede Buleleng, keris Ki Tunjung Tutur di Puri Blahbatuh Gianyar, dan keris Ki Sudamala Karangasem.
Ketiga benda pusaka itu harus diwangsuh (cuci), lalu airnya dijadikan satu dan dibawa ke Pura Bhur Bwah Swah, di Desa Seraya, Karangasem.
Air cucian tiga benda pusaka itu akan dijadikan tirta, lalu disebarkan di seluruh wilayah Bali.
"Ini untuk kepentingan bersama, kalau diceritakan susah. Saya hanya muspa (sembahyang) saja, nunas ice dumadak mangde rahayu sareng sami. Untuk Covid-19, untuk keamanan, ketentraman, kesejahteraan kita semua. Besok (Kamis,red) kami akan tangkil lagi ke puncak Pura Bhur Bwah Swah, ngiring sareng-sareng nunas ica ring Ida Sang Hyang Parama Kawi," singkat Arthadipa, sembari bergegas meninggalkan Puri Gede Buleleng.
Sementara Ketua Paguyuban Eka Sthana Dharma Puri Buleleng, Anak Agung Wiranata Kusuma mengatakan, kedatangan Wakil Bupati Karangasem bersama Kepala Biro Kesra Provinsi Bali ini merupakan upaya pemerintah dan masyarakat Bali untuk memutus penyebaran virus corona lewat jalur niskala.
"Kami orang Bali, disamping sekala yang nyata, juga ditempuh jalur niskala yang kami yakini dan percayai. Ada beberapa puri yang benda pusakamya dimohonkan dan dipercaya mampu memutus rantai penyebaran covid. Airnya dijadikan tirta lalu disebarkan ke seluruh Bali. Disamping memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi, kami juga memohon kepada leluhur kami Ki Gustu Anglurah Panji Sakti, memohon agar upaya niskala ini berdampak positif," jelas pria yang juga menjabat sebagai Kabag Ops Polres Buleleng ini.
Di lokasi yang sama, Penglingsir Puri Gede Buleleng, Anak Agung Ngurah Parwata Panji menuturkan, keris yang ada di Puri Gede Buleleng ini merupakan milik Raja Buleleng, Ki Gusti Anglurah Panji Sakti, yang sering dibawa saat berkuasa.
Keris itu ada di merajan Puri Gede Buleleng sejak tahun 1855. Setiap hari Purnama Kapat, keris itu diwangsuh (dicuci) lalu airnya dijadikan tirta.
Sementara untuk pasupati, dilakukan setiap 1.5 tahun sekali saat hari raya Tumpek Landep.
• 280 Lebih Warga Telah Ajukan Surat Keterangan Pulang Kampung,Begini Penjelasan Ditlantas Polda Bali
• Desa di Klungkung Ditarget Cairkan BLT Pekan Ini.
• Sejak WFH, XL Axiata Akui Ada Kenaikan Trafik Hingga 15 Persen
Menurut sejarah, Agung Parwata menyebutkan, keris ini konon sempat digunakan untuk memindahkan kapal yang karam di Pantai Penimbangan, Singaraja.
Kemudian, pada tahun 1963 saat bencana Gunung Agung meletus, mengakibatkan seluruh wilayah Buleleng hujan pasir.