Serba Serbi dirumahaja
Cukup Menjadi Orang Biasa untuk Berkarakter
kepribadian kita selalu mengalami perkembangan ketika telah berasil memcahkan sebuah permasalahan atau krisis dalam hidup ini.
Oleh: I Putu Yoga Purandina, M.Pd. (Dosen Jurusan Dharma Acarya, STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja)
Krisis identitas, itu istilah yang sering kita dengar belakangan ini.
Apa itu krisis identitas? Krisis identitas ini pertama kali dikemukakan oleh Erik Erikson.
Beliau merupakan psikolog dan psikonalisis yang berpengaruh di bidang psikologi.
Menurut Erikson, sebenarnya kepribadian kita selalu mengalami perkembangan ketika telah berasil memcahkan sebuah permasalahan atau krisis dalam hidup ini.
• Stok Menipis, PMI Denpasar Ajak Warga Banjar Donor Darah Antisipasi Kasus Demam Berdarah
• Sekelumit Dinamika Komunikasi Publik Selama Dua Bulan Pandemi COVID-19 di Indonesia
• Kasus Positif Covid-19 di Denpasar Didominasi Usia 18-45 Tahun
Namun dalam keadaan ini kita tidak mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi. Malah menimbulkan permasalahan baru.
Sejatinya memang benar demikian, pembentukan keribadian atau identitas ini adalah hal wajar dan terus berlangsung dan berkembang serta berubah sejalan dengan perubahan usia.
Kondisi, situasi dan tantangan baru yang dihadapi tersebut yang akan membentuk.
Krisis identitas adalah konflik yang terjadi di dalam diri individu dimana mengalami kebingungan dan selalu berfikir dan bertanya siapa anda sebenarnya, untuk apa anda ada di dunia ini, serta apa yang harus anda lakukan.
Ciri-ciri dari krisis ini tentunya anda tidak mengetahui siapa diri anda, mengalami onflik batin karena di dalam fikiran anda selalu timbul pertanyaan-pertanyaan tentang jati diri anda.
Adanya perubahan besar mengenai perasaan kehidupan anda.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus muncul dimana dalam keadaan normalpun sebenarnya pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul tapi sesegera mungkin akan hilang.
Beda halnya ketika dalam kondisi krisis identitas, pertanyaan-pertanyaan tersebut susah untuk dihilangkan, dilupakan, atau disepelekan.
Hal ini sangatlah buruk, dimana bisa menimbulan kesalahan arah dalam melangkah. Akibatnya sangatlah fatal.
• Laboratorium Swab Universitas Warmadewa Usulkan Penambahan Alat Realtime PCR
• Puluhan Tahanan Diperiksa Urkes Polres Badung, Pastikan Kondisi Kesehatan Tahanan di Tengah Pandemi
• WIKI BALI - Ini Daftar Nama & Jabatan dalam Organisasi Pengelola STMIK STIKOM Indonesia (STIKI)
Setiap individu yang terkena dampaknya akan mengalami sifat rendah diri, malu dengan dirinya sendiri, merasa orang lain akan mengalahkan diri kita, tidak mempunyai motivasi, dan pastinya akan stagnan. Malah bisa sampai depresi dan bunuh diri.