Jumlah Kasus DBD di Tabanan Melonjak, Selama 4 Bulan Ini Telah Lampaui Kasus Sepanjang Tahun 2019
Masyarakat harus mewaspadai kondisi sebab penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk jenis Aedes Aegypti sangat berbahaya
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Periode Januari-April di tahun 2020, kasus DBD di Kabupaten Tabanan tercatat mencapai 211 kasus.
Angka ini melampaui jumlah kasus yang terjadi selama tahun 2019 lalu, yakni 172 kasus.
Untuk sementara, kasus tersebut tercatat di seluruh kecamatan.
Masyarakat harus mewaspadai kondisi sebab penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk jenis Aedes Aegypti sangat berbahaya bahkan bisa menyebabkan kematian.
• Kembalikan Fungsi Lapangan Dangin Carik,Ratusan Pedagang Direlokasi ke 2 Terminal Berbeda di Tabanan
• PLN Jelaskan Soal Tagihan Listrik pada Pelanggan di Bali, Tegaskan Tak Ada Kenaikan Tarif
• Hingga Saat Ini Belum Ada Desa/Kelurahan yang Ajukan PKM, Pemkot Denpasar: Petugas Jangan Arogan
Dinas Kesehatan juga menekankan selama masa di rumah aja, masyarakat diminta tetap melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan menerapkan pola 3M yakni Menutup, Menguras, dan Mengubur agar tak ada genangan air yang kerap menjadi tempat berkembang biak nyamuk jenis aides aygepti.
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Tabanan, tahun 2019 lalu jumlah kasus yang ditemukan meningkat jauh dari tahun 2018 sebanyak 300 persen.
Di 2019 lalu tercatat ada 172 kasus, dan 2018 lalu hanya ada 44 kasus.
Dan selama empat bulan di tahun 2020 ini sudah tercatat 211 kasus.
Rinciannya, di Kecamatan Tabanan terdapat 54 kasus, di Kecamatan Kediri Kediri ditemukan 75 kasus, kemudian Kecamatan Kerambitan tercatat 14 kasus, 29 kasus di Kecamatan Marga, Kecamatan Penebel ada 13 kasus, Kecamatan Pupuan 1 kasus, Selemadeg Timur ada 12 kasus.
Di Kecamatan Selemadeg ditemukan 4 kasus, dan enam kasus di Kecamatan Selemadeg Barat. Dan di Kecamatan Baturiti ada dua kasus.
"Empat bulan sudah ada 211 kasus yang ditemukan. Tapi kami juga sudah antisipasi dengan sosialisasi kepada masyarakat agar menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Menular (P2M) Dinkes Tabanan, dr Ketut Nariana sesuai dengan izin Kepala Dinas Kesehatan Tabanan, dr Nyoman Suramika, Kamis (14/5/2020).
Nariana menjelaskan, banyak faktor penyebab yang membuat wabah DBD menyerang. Selain peralihan musim, padatnya penduduk dan kurangnya menjaga kebersihan sanitasi juga menjadi penyebab.
Kemudian juga harus rutin menggelar kegiatan 3M, yakni Menutup rapat-rapat tempat yang berpotensi menampung air sehingga nyamuk dewasa aides Aigepty tidak bisa bertelur, Menguras secara rutin bak mandi atau tempat penampungan air sehingga tidak jadi sarang nyamuk, dan Mengubur barang-barang yang bisa menampung air dan tidak digunakan lagi.
• Perda Penyelenggaraan Kesehatan Disahkan, Pengobatan Tradisional Bali Kini Wajib Ada di Setiap RS
• Diundang Dewan, Sejumlah Camat di Badung Keluhkan Anggaran Satgas Covid-19 di Tingkat Kecamatan
• Istri Tak Mau Bangun Masak Sahur, Ditusuk Hingga Tewas, Malamnya Cekcok Minta Motor
“Solusi awal yang memang sudah rutin dilakukan adalah dengan fogging di lokasi yang ditemukan ada warga menderita positif DBD. Tapi fogging hanya berfungsi untuk menekan nyamuk yang terbang saja. Sehingga, terlebih lagi kondisi saat ini yang memaksa di rumah saja, masyarakat juga harus menjaga kebersihan dan rutin menggelar 3M untuk membunuh atau membasmi nyamuk penular virus DBD agar tidak mudah berkembang. Apalagi sebelumnya sempat kemarau panjang,” jelasnya.
Dia juga mengimbau, untuk masyarakat seluruhnya harus waspada dengan gejala DBD.