Cara Teknisi AirAsia Merawat dan Menjaga Kelaikan 282 Pesawatnya Saat Pandemi Covid-19

“Pesawat kami memang sedang berhibernasi, tapi banyak yang harus dilakukan untuk merawat adhi karya berteknologi canggih ini" ucap Banyat

Communications AirAsia Indonesia.
Teknisi sedang melakukan perawatan pesawat AirAsia 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Zaenal Nur Arifin

 

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Sejak akhir Maret, sebagian besar armada AirAsia Group yang berjumlah 282 pesawat telah terparkir di beberapa bandara di Asia. 

Di antara jumlah tersebut terdapat 28 unit pesawat yang terparkir di 4 lokasi di Indonesia sejak 1 April 2020 yaitu Jakarta, Denpasar, Medan, dan Surabaya. 

Namun, apa yang terjadi dengan semua pesawat ini? 

“Pesawat kami memang sedang berhibernasi, tapi banyak yang harus dilakukan untuk merawat adhi karya berteknologi canggih ini. Teknisi kami harus memastikan semua pesawat selalu dalam kondisi prima saat nantinya kami bersiap untuk mengudara lagi,” ucap Banyat Hansakul, selaku Head of Engineering AirAsia Group, Senin (1/6/2020) melalui keterangannya.

Ditangkap Saat Akan Menempel Sabu dan Ekstasi, Kasus Vincent Kini Dilimpahkan 

Ini Sosok Inspirasi Wonderkid Bali United

Lanud I Gusti Ngurah Rai Bantu Penanganan Penumpang di Terminal Kedatangan Bandara

Banyat menyampaikan sejak itu AirAsia telah mengaktifkan prosedur parkir jangka panjang (Long Term Parking Procedures) yang merupakan bagian pedoman perawatan pesawat atau Aircraft Maintenance Manual (AMM) yang dipersyaratkan oleh pabrikan pesawat Airbus. 

Pedoman yang ketat tersebut menjelaskan tentang prosedur dan perawatan rutin yang harus dilakukan untuk menjaga keselamatan dan kelaikudaraan pesawat selama periode parkir jangka panjang.

Tidak mudah mengawasi teknis dan perawatan pesawat untuk sebuah grup maskapai dalam situasi yang menantang ini.
“Pertanyaan pertama yang kami tanyakan kepada diri kami adalah, dimana kami akan menyimpan ke-282 pesawat ini?

Bandara basis operasi atau hub terbesar kami berada di Kuala Lumpur dan Bangkok, tapi bahkan Bandara KLIA2 dan Don Mueang tidak mempunyai tempat parkir yang cukup untuk menampung semua pesawat kami,” ucapnya.

Pantai Kuta Masih Ditutup, Wisatawan Nekat Terobos Masuk Kawasan Pantai

Masih Ada Banjir di Kota Denpasar, Pemkot: Masih Banyak Masyarakat Buang Sampah di Saluran Air

Masih Ada Banjir di Kota Denpasar, Pemkot: Masih Banyak Masyarakat Buang Sampah di Saluran Air

Di Kuala Lumpur, kami berhasil memecahkan masalah ini dengan memarkirkan sebagian pesawat di terminal kargo; sementara di Bangkok jumlah tempat parkir benar-benar terbatas dan tidak mencukupi, itu pun setelah beberapa pesawat kami akhirnya diparkirkan di taxiway yang telah disulap menjadi area parkir sementara oleh otoritas bandara. 

“Namun, setelah mempertimbangkan banyak hal kami memutuskan untuk memindahkan beberapa pesawat kami ke hub terdekat lainnya seperti Phuket International Airport dan Utapao Rayong-Pattaya International Airport,” imbuhnya.

Kami juga harus mengidentifikasi masa parkir yang diperlukan untuk setiap pesawat, karena prosedur perawatan yang harus dilakukan terhadap pesawat ini berbeda-beda tergantung kategori masa parkir; kurang dari sebulan, 1 hingga 6 bulan, atau 6 bulan hingga setahun.

Hampir semua pesawat kami yang terparkir tergolong ke dalam kategori pertama dan kedua. 

 
“Sebagian kecil tetap dibiarkan aktif untuk sewaktu-waktu dapat digunakan membantu misi kemanusiaan dan penanggulangan bencana, atau untuk operasi kargo dan sewa,” ucap Banyat.

Cegah Duktang Ilegal Lolos, Koster Tegaskan Sudah Tambah Petugas di Gilimanuk Sejak Kemarin

Klungkung Susun Rencana Pembangunan Kawasan Pedesaan di Nusa Penida

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved