Melarat di Pulau Surga

Kisah Pilu 4 Bersaudara Yatim Terpaksa Tinggal Berdesakan di Satu Kamar Kos di Bali, Gede Ungkap Ini

I Putu Gede Sudarma Wijaya (20) duduk di depan kamar kosnya di seputaran Kelurahan Semarapura Kelod, Klungkung, Selasa (2/6/2020).

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ady Sucipto
Tribun Bali/Eka Mita Suputra
I  Putu Gede Sudarma (20) bersama adiknya, Ketut Agus Asmara Jaya (15), dan  Komang Ayu Dewi Asih (17) ketika ditemui di kamar kostnya di seputaran  Kelurahan Semarapura Kelod, Klungkung, Selasa (2/6/2020). 

 
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - I  Putu Gede Sudarma Wijaya (20) duduk di depan kamar kosnya di seputaran Kelurahan Semarapura Kelod, Klungkung, Bali, Selasa (2/6/2020).

Ia baru saja hendak membeli sayur, dan masak untuk kedua adiknya Ketut Agus Asmara Jaya (15), dan  Komang Ayu Dewi Asih (17).

Sudah 6 bulan,  anak yatim tersebut sekeluarga harus tinggal di kamar kos yang sempit karena rumah mereka mengalami kerusakan parah.

" Saya baru dikasi uang sama paman untuk beli sayur. Baru mau beli sayur," ujar I Gede Sudarma Wijaya.

Hobi Jadi Bisnis, Dari Pandemi Menuju Adaptasi

Waktu saat itu sudah menunjukan pukul 11.15 Wita, namun Gede Sudarma baru akan masak untuk adik-adiknya.

Sepeninggal ayahnya setahun yang lalu karena penyakit Hernia, semakin membuat hidup mereka kian berat.

Gede Sudarma dan 3 saudaranya harus tinggal di kamar kos yang sempit.

Luas kamar kos mereka sekitar 2,5 meter persegi, dan ditinggali 4 orang. 

Mereka terpaksa kos karena rumah mereka di kampung halamannya di Desa Pesinggahan sudah rusak berat dan tidak bisa ditinggali lagi.

" Mau tidak mau harus tidur berdesakan. Tapi kadang kakak saya yang lebih sering menginap dirumah temannya," ungkap Sudarma Wijaya.

Dalam sebulan mereka membayar sewa kamar kos Rp 300.000 ribu.

Uang sewa diberikan oleh sang ibu, Desak Made Ayu Suwati yang bekerja sebagai pelayan warung makan di Gianyar.

Karena kamar kos yang tidak mungkin ditinggali lebih dari 4 orang, terpaksa sang ibu harus tinggal di tempat kerjanya di Gianyar.

" Awalnya kami tinggal di Bengkel, tapi karena bapak meninggal kami kos. Rumah di kampung sudah tidak bisa ditinggali, sudah rusak sekali," ungkapnya.

Ia juga menjelaskan, pemerintah sempat menjanjikan keluarganya untuk mendapatkan bantuan bedah rumah.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved