Usir Cemas dan Galau dengan Latihan Sederhana Ini

Bentuk kecemasan beragam, ada yang susah tidur, stres, hingga meyakini dirinya sakit padahal pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya gangguan.

Pexels
Ilustrasi mengatasi kecemasan dan rasa galau. 

TRIBUN-BALI.COM - Prevalensi penderita gangguan kecemasan di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, mencapai 6 persen pada penduduk berusia 15 tahun ke atas.

Artinya, sekitar 14 juta penduduk di di Indonesia mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala kecemasan dan depresi.

Bentuk kecemasan beragam, ada yang susah tidur, stres, hingga meyakini dirinya sakit padahal pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya gangguan.

Jika selama pandemi ini kita merasa gangguan cemas, cobalah untuk membatasi membaca media sosial.

Ajarkan Nilai Uang, 5 Pola Asuh Anak ala Ratu Inggris Ini Bisa Ditiru

Termasuk Gunakan Nanas, Tips Bikin Daging Ayam Kampung Empuk

Amankah Mengonsumsi Telur Mentah?

Selain itu, melakukan hobi yang menyenangkan seperti membaca, menonton serial favorit, bersepeda, atau berjalan-jalan di taman, juga bisa meningkatkan rasa tenang.

Praktisi mindfulness dan emotional healing, Adjie Santoso, menjelaskan kecemasan yang tidak diatasi dapat masuk ke alam bawah sadar dan menjadi "bom waktu".

"Sebenarnya tubuh kita sudah memberi kode kalau kita sedang cemas. Contohnya relasi dengan orang sekitar jadi tidak baik, sedikit-sedikit marah, rasa bahagia yang terasa hambar karena tidak ada rasa lega, hingga produktivitas turun," ujarnya dalam talkshow yang digelar secara virtual oleh Danone Aqua beberapa waktu lalu.

Sumber internal Dalam mengatasi kecemasan, hal pertama yang harus dipahami adalah sumber kecemasan dan rasa galau sebenarnya berasal dari dalam diri kita sendiri.

Tips Menggoreng Tahu agar Renyah di Luar dan Lembut di Dalam

Ini 12 Manfaat Rutin Meminum Teh, Gigi Lebih Kuat hingga Menurunkan Risiko Kanker

Bukan Makan Kacang, Ini Penyebab Wajah Tak Mulus

"Cemas merupakan persoalan internal, dari dalam diri, bukan dari luar. Selama ini kita sering menuding kondisi di luar tubuh yang jadi penyebab cemas," kata Adjie.

Kehidupan kita memang serba tidak pasti dan hal itu menurut Adjie sebenarnya tidak membuat cemas.

"Yang membuat cemas itu adalah keinginan untuk memastikan hal-hal yang di luar kendali kita. Boleh saja pengen memastikan, tapi ingat tidak semua bisa kita kendalikan," ujarnya.

Menyadari napas Adjie memberikan beberapa saran untuk mengendalikan kecemasan melalui praktik mindfulness atau kesadaran pada saat ini.

Kita bisa melakukannya dengan "menemani" rasa cemas, yaitu tidak lari atau menghindar ketika pikiran yang penuh kecemasan itu hadir.

Ramalan Zodiak 6 Juli 2020, Hari Keberuntungan Aquarius, Pisces Akan Merasa Gembira

Ini Nilai Gizi dan Manfaat Beras Merah untuk Kesehatan, Dapat Mencegah Penyakit Kronis

"Memang ada rasa nyaman kalau denial, tapi sebenarnya itu makin meningkatkan rasa cemas. Kadang kita juga denial dengan mengalihkan diri dari hal-hal yang tidak sehat. Bahkan gaya hidup tidak sehat seringkali merupakan pelarian dari cemas," paparnya.

Kemudian kita bisa belajar menyadari napas (mindfulness breathing) sehingga perhatian kita tidak melulu ke hal-hal yang jadi sumber kecemasan.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved