Teater Sastra Welang Rilis Video Puisi Kolaborasi oleh 5 Seniman Muda, Terinspirasi dari Putu Wijaya

Teater Sastra Welang tampil lagi dengan meluncurkan sebuah video pembacaan kolaborasi puisi berjudul 'Ia Yang Datang Tiap Malam karya Moch Satrio Wela

Dok. Teater Sastra Welang
Foto penyair yang ikut dalam garapan Ia Yang Datang Tiap Malam 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Teater Sastra Welang tampil lagi dengan meluncurkan sebuah video pembacaan kolaborasi puisi berjudul 'Ia Yang Datang Tiap Malam' karya Moch Satrio Welang.

Video ini menampilkan lima seniman muda, empat penyair yakni Pranita Dewi, Ayu Winastri, Achmad Obe Marzuki, Moch Satrio Welang dan seorang pegiat teater Legu Adi Wiguna.

Legu Adi Wiguna, pegiat teater yang lebih dikenal sebagai sutradara, penata artistik ini didapuk menjadi nahkoda dalam penggarapan video art ini.

Mulai dari proses pengambilan gambar hingga proses penyuntingan dilakukan dengan sangat sederhana, terinspirasi dari filosofi tokoh Teater Indonesia, Putu Wijaya yakni berangkat dari yang ada.

Pembebasan Lahan Dipagukan 30 M, Pelebaran Jalan Shortcut Canggu Kembali di Kaji

Teater Sastra Welang Rilis Video Puisi Kolaborasi 5 Seniman Muda

Mendag : Pasar Ekspor Produk Kaca Indonesia ke Filipina Semakin Terbuka

Ruang yang sederhana, pengambilan gambar dan proses penyutingan pun dilakukan dengan sederhana namun masih menjaga keindahan karya.

Puisi 'Ia yang Datang Tiap Malam' ini sebagai bentuk karya puisi, telah dialihkreasikan dalam bentuk musikalisasi puisi oleh pegiat teater dan musisi, Heri Windi Anggara.

Salah satu penyair dalam kolaborasi kali ini, Pranita Dewi menyampaikan, bahwa hal ini adalah upaya para pegiat seni muda mengisi ruang-ruang kosong dan mengasah kreatifitas untuk selalu terjaga melalui puisi.

"Jika kita percaya pada cita-cita tentang 'puisi yang baik' dan dengan demikian berarti 'puisi murni', yang didambakan sejak masa nirbahasa sampai tarikh posmodern ini maka kita pun percaya lagu dan makna, bentuk dan isi, nyanyi dan inti, rima dan getar hati, hadir secara seimbang dalam komposisi," kata Pranita, yang meluncurkan buku puisi tunggalnya bertajuk "Pelacur Para Dewa" di tahun 2006 silam, pada Senin (6/7/2020).

Ia mengatakan, keseimbangan itu hanya dapat muncul jika sang penyair tetap jujur dalam mengungkapkan puisinya.

Penyair Ayu Winastri menambahkan, bahwa puisi memberi ruang dalam menghayati segala peristiwa dari luar diri menjadi penekuran dalam diri.

Puisi melatih ketajaman bercakap, mencari makna dan mungkin rahasia kehidupan.

Hal senada juga disampaikan Penyair Achmad Obe Marzuki yang melihat bahwa puisi bukan sekedar teks, yang lahir tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Puisi adalah lahirnya batin terhadap kondisi, entah itu sosial, diri pribadi atau terhadap alam semesta.

Moch Satrio Welang selaku penggagas program menyampaikan, bahwa selain memperkenalkan karya baru, ia juga berupaya merangkul para penyair sahabatnya untuk meramaikan dan memberi warna tersendiri dalam penampilan pembacaan kolaborasi di video art yang berdurasi sekitar empat menit ini.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved