Permintaan Garam Amed di Bali Turun 100 Persen Sejak Terjadi Pandemi Covid-19
Permintaan garam Amed di Bali menurun 100 persen sejak COVID-19 dinyatakan pandemi oleh WHO.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Permintaan garam Amed di Bali menurun 100 persen sejak COVID-19 dinyatakan pandemi oleh WHO.
Hotel yang semula membeli dan memesan garam amed di Komunitas Masyarakt Indikasi Geografis (MPIG) Garam Bali untuk sementara berhenti lantaran Hotel & Restaurant tutup.
Ketua MPIG Garam Bali, I Nengah Suanda menjelaskan, pemintaan garam Amed turun drastis di Bali.
Terhitung dari Februari hingga Juli 2020. Pemicunya karena merebaknya COVID - 19, sehingga beberapa hotel dan restaurant berbintang serta biasa tutup untuk sementara. Menunggu kondisi membaik.
• PT Kliring Berjangka Indonesia Rilis Laporan Keuangan 2019, Laba Bersih Rp 50 Miliar Lebih
• Dinonaktifkan Karena Pembuatan KTP Djoko Tjandra, Lurah Grogol Selatan Diduga Langgar Disiplin PNS
• Terkini, Tiga Pasien Covid-19 di Buleleng Dinyatakan Sembuh
"Sebelum COVID, permintaan garam Amed di Bali mencapai 300 sampai 500 kilogram per bulannya. Sekarang setelah ada COVID, permintaan sama sekali tak ada. Biasanya hotel yang pesan banyak dari Denpasar, Badung, & Gianyar,"jelas Suanda, Jumat (10/7/2020).
Ditambahkan, untuk permintaan dari luar Bali sampai kini masih ada.
Terutama distributor dari Depok, Jakarta, dan Jawa Barat. Permintaan dari luar Bali per bulan sekitar 1 sampai 1,5 ton.
"Bulan kemarin Kelompok Garam Bali kirim 1,5 ton ke luar Bali,"ungkap I Nengah Suanda, Jumat (10/7)
"Memang sudah diberlakukan New Normal, tapi permintaan garam amed di Bali masih sepi karena wisatawan belum ada yang berkunjung. Semoga COVID segera sirna, dan aktivitas kembali normal seperti sebelumnya,"harap Suanda, pria asli Lebah, Desa Purwakerti.
Untuk pasokan Garam Amed di Kelompok MPIG msih banyak, menumpuk.
Pasokan garam saat ini mencapai seekitar 4 ton (4.000 kilogram) lebih, terhitung dengan sisa pembuatan 2019.
Sementara proses produksi dihentikan sampai kondisi kembali membaik. Petani garam beralih pekerjaan untuk sementara.
Stok garam yang ada sebagian belum di bungkus, dan ada juga yang sudah.
Garam sementara dibiarkan hingga ada pembeli. Pihaknya berharap, permintaan garam dari luar Bali mengalami peningkatan dengan harapan pasokan garam bisa habis terjual sehingga petani garam bisa mendapat pemasukan.
• Jalani Rapid Test, 84 Pedagang Pasar Kidul Bangli Reaktif
• Menteri KKP Minta Banyuwangi Tingkatkan Produksi Sidat
• Jaksa Tolak Eksepsi Kasus Penggelapan Sertifikat Tanah Ketua Koperasi di Jembrana
Untuk diketahui, sebelum COVID - 19 produksi garam Amed alami peningkatan. Petani garam MPIG mampu produksi sekitar 1 sampai 2,5 ton selama berkerja.