Mebraya Virtual Performance Kembali Digelar, Tampilkan Badiktilu hingga Scared of Bums
Setelah sukses dengan Mebraya Virtual Performance (MVP) pertama, kini akan digelar kembali MVP #2.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Setelah sukses dengan Mebraya Virtual Performance (MVP) pertama, kini akan digelar kembali MVP #2.
Acara ini dikerjakan secara gotong-royong oleh semua kalangan dan digagas beberapa pihak, baik sound engineer dan audio production, grapich design, musisi, penulis media lokal Bali, marketing, PR, video production dan tiketing.
Mereka melakukan kolaborasi untuk menyikapi panggung seni di tengah pandemi.
Salah satu inisiator Mebraya Virtual Performance, Rai A. mengatakan, walaupun sudah ada surat edaran Gubernur mengenai Bali Era Baru tentang Protokol Tatanan Kehidupan Era Baru namun pelonggaran tatanan kehidupan era baru tidak serta-merta akan mengembalikan panggung seperti sedia kala.
"Kembalinya panggung musik dan pertunjukan akan lebih nyata ketika masyarakat mendorong perputaran rantai ekonomi. Sekecil apapun perputarannya, itulah stimulan bagi dunia kreatif yang meredup selama hampir 4 bulan terakhir ini," kata Rai, Selasa (21/7/2020).
• Benarkah Posting Selfie di Instagram Membuat Orang Lebih Bahagia?
• Kushedya Hari Yudo dan Empat Pemain Arema FC Ini Dipanggil ke TC Timnas Indonesia
• Gadis SMA Ini Tewas Mengenaskan Bersama Instruktur Saat Terjun Payung Gara-gara Parasut Tak Membuka
Oleh karena itu maka dilaksanakanlah MVP #2, pada Sabtu 25 Juli 2020, pukul 18.00 Wita.
"Acara ini masih berpegang dengan semangat mebraya (menyama braya), persaudaraan dan persamaan, bergotong-royong menghadirkan panggung bagi para pelaku musik dan seni pertunjukan untuk dinikmati dari perangkat gawai masing-masing di manapun," kata Rai.
Musisi yang akan tampil dalam acara kali ini yakni Badiktilu dan kawan-kawan, Kanekuro, dan Scared of Bums.
Mebraya kali ini juga akan menghadirkan perbincangan ringan yang diberi nama Mebraya Talkslow.
Badiktilu merupakan sebuah proyek bermusik dari Henok Eko Wibawa, sosok pemuda berkacamata yang murah senyum dan suka melakukan perjalanan dari satu kota ke kota lainnya.
Dalam balutan folk country, Badiktilu menghadirkan karya-karya seperti "kamarku kamarku" dan "kadang lapar" di panggung-panggung kolektif.
• 45 Tahun Menjadi Kusir Dokar, Ketut Nedeng Tetap Setia meski Hasil Tak Menentu
• Main Layang-layang Berujung Tersangka, Warga Denpasar Ini Dijemput Polisi Seusai Gardu PLN Meledak
• Sampah Penuhi Drainase, Beberapa Ruas Jalan di Klungkung Tergenang Air Hujan
Pada tahun 2019 lalu, ia berhasil merilis mini album berjudul "Saraf Kecil" yang mengantarnya tur ke lima kota yakni Surabaya, Sidoarjo, Malang, Salatiga dan Temanggung.
Sementara Kanekuro, unit Post Punk/Surf Rock asal Bali yang dibentuk pada September 2018, memadukan post punk era 80-an dengan era 90-an sebagai akar musiknya dan mengkombinasikan surf punk, dreamy pop, dan nuansa gotik.
Kanekuro beranggotakan; Andre (vocal/synthesizer) Gesta (Gitar) Rio (Drum) dan Ginting (Bass).
Awal 2019 mereka berhasil merilis EP (Extended Play) berjudul "Inky" yang dilanjutkan dengan tur ke Malaysia.
Dan Scared of Bums (SOB), band melodic core (punk rock) asal bali yang terbentuk pada 20 Mei 2003.
Band yang beranggotakan BoCare, Arx, Poglax dan Nova telah berhasil melahirkan lagu-lagu hits seperti; "Boring", "No Place Like Home" dan "Takut".
• Di Tengah Pandemi, Begini Panduan Pelaksanaan Shalat Idul Adha 2020 dari MUI Provinsi Bali
• Richard Kyle Bereaksi Seusai Ramai Sindiran Parasit Kakak Jessica Iskandar, Sebut Cintanya Tulus
• Setelah Layangan Sebabkan Gardu Listrik Meledak, Polisi dan PLN Berikan Imbauan Ini
Pada 20 Mei 2020, SOB merilis sebuah single berjudul "Out of Control" sebagai sebuah bentuk ekspresi mereka akan keadaan dan situasi yang dialami oleh semua orang ketika dihadapkan pada pandemi yang melanda dunia.
MVP #2 juga akan menghadirkan sebuah perbincangan intim yang diberi nama Mebraya Talkslow.
"Pada perbincangan kali ini akan ada Rudolf Dethu, sosok yang tidak asing di skena musik Bali. Ia telah malang melintang sebagai sosok di balik panggung mulai dari SID hingga The Hydrant. Pada 2011, Rudolf Dethu juga merilis sebuah buku berjudul Blantika Linimasa: Kaleidoskop musik non-trad Bali sejak lahir, besar, berkembang hidup, pingsan, hidup lagi dan menolak mati," imbuhnya.
Perbincangan ini akan dipandu oleh Ario Bimo, soloist serta penyiar radio, ini akan berbicara seputar bagaimana Bali membangun iklim bermusik yang kian dinamis serta bagaimana situasi pandemi ini akan berdampak pada dinamika kreatif, terutama musik serta pertunjukan.
• Pakar Komunikasi Apresiasi Kekompakan Forkompimda NTB
MVP#2 juga kembali mengundang publik untuk ikut berpartisipasi aktif mewujudkan panggung Mebraya Virtual performance, panggung sederhana bagi pelaku musik dan pertunjukan demi tetap menjaga api kreativitas yang sudah menyala. Partisipasi bisa dilakukan baik secara kolektif maupun perorangan dengan memilih jalur #urunan atau #gotongroyong di link bit.ly/mebraya-2 Publik.
"Masyarakat bisa menentukan sendiri besaran donasi dengan memilih tiket Gotong-Royong. Dengan nilai minimum Rp30.000, 1 link unik untuk menonton pertunjukan sesuai jadwal akan dikirimkan ke e-mail yang didaftarkan," katanya. (*)