Kolaborasi Wild Drawing dan Slinat Buat Karya untuk Kritik Bali yang Ketergantungan Pariwisata
Dua orang muralist asal Bali, Wild Drawing (WD) dan Slinat berkolaborasi membuat sebuah mural pada tembok di kawasan Jalan Hayam Wuruk, Tanjung Bungka
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dua orang muralist asal Bali, Wild Drawing (WD) dan Slinat berkolaborasi membuat sebuah mural pada tembok di kawasan Jalan Hayam Wuruk, Tanjung Bungkak, Denpasar, Bali.
Mural ini bergambar seorang wanita Bali dengan gaya tempo dulu menggunakan masker gas, dengan dua tangan di mana satu tangan memegang uang terbakar dan satu tangan memegang padi.
Juga ada gambar garuda membawa setetes air di atas daun dan seorang anak membawa bibit tanaman.
Wild Drawing yang diwawancarai di lokasi mural mengatakan ide dasar dari pembuatan mural ini yakni tentang pariwisata Bali.
Bagaimana kini pariwisata menjadi tulang punggung perekonomian Bali dan bahkan kini telah ketergantungan oleh pariwisata.
• Terkait Tanah yang Disertifikasi Desa, Bendesa Desa Adat Jero Kuta Pejeng Benarkah Ada Sanksi
• Johnny Ungkap Jokowi Meminta ke Surya Paloh untuk Tidak Mencalonkan Iparnya di Pilkada Gunungkidul
• Anggarkan Rp 2,1 Miliar, Bangunan TOSS Centre Klungkung Dibuat Bertingkat dan Ada Kolam Ikan
"Ketika semua orang di Bali tergantung sama pariwisata ini agaknya sedikit berbahaya karena sudah beberapa kali ada bencana yang memporak-porandakan pariwisata. Bom Bali dua kali, letusan Gunung Agung dan kini pandemi Covid-19," katanya, Selasa (28/7/202).
Hal ini membuat orang Bali kelimpungan, banyak art shop tutup, sopir travel yang kehilangan pekerjaannya.
Bahkan berimbas pada pertanian yang masih bergantung pada pariwisata.
"Pariwisata ini sangat riskan. Dan kita tidak tahu bagaimana kondisi pariwisata di masa depan," kata WD.
Dirinya menggambar seekor burung garuda membawa tetesan air berjudul tetes terakhir.
Garuda dalam mitologi Hindu sebagai pembawa tirta amerta (air kehidupan) dan kini ia mengkritik krisis air di Bali karena semua dimonopoli untuk kebutuhan pariwisata seperti kebutuhan untuk di hotel.
• Anggota DPR RI Ketut Kariyasa Angkat Bicara Terkait Demo Penolakan Swab Test di Monumen Bajra Sandhi
• Respon Sulitnya Cari Uang di Tengah Pandemi Covid-19, Unair Bebaskan 2.395 Mahasiswa Bayar UKT
• Kini Warga Badung Bali Bisa Cetak KK-Akte Sendiri di Rumah, Begini Syarat dan Ketentuannya
"Warganya kesulitan dapat air bersih, itu juga sebuah masalah yang harus digarap dan pemerintah harus peduli bagaimana memanajemen air. Dan memanajemen semuanya," katanya.
Uang yang terbakar menjadi simbol karena terlalu ketergantungan dengan uang maka bisa membakar Bali itu sendiri.
Sementara tangan yang memegang padi menyiratkan subak yang semakin tergerus karena krisis air yang nantinya berdampak pula pada krisis pangan.