Corona di Bali
Cegah Penularan Covid-19, Satgas Gotong Royong Desa Asat Banyuasri Gencar Sosialisasi Hingga Sidak
satgas gotong royong selalu bekerja keras melakukan langkah-langkah pencegahan, untuk menyelamatkan masing-masing warganya dari ancaman covid-19
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Upaya untuk menekan terjadinya penularan virus corona atau covid-19 di Bali, tidak lepas dari peran satgas gotong royong yang dibentuk di masing-masing desa adat.
Sejak mewabahnya covid-19, satgas gotong royong selalu bekerja keras melakukan langkah-langkah pencegahan, untuk menyelamatkan masing-masing warganya dari ancaman covid-19.
Seperti yang dilakukan oleh Satgas Gotong Royong Desa Adat Banyuasri, Kecamatan Buleleng.
Sejak dibentuk pada 1 April 2020 lalu, satgas beranggotakan 35 orang ini rutin melakukan edukasi ke masyarakat Desa Adat Banyuasri, untuk mematuhi protokol kesehatan.
• Cerita Babe Awal Mula Terinspirasi Membuat Minyak Kutus-Kutus
• Koster Ajukan Ranperda APBD Perubahan Tahun Anggaran 2020, Pendapatan Daerah Bali Turun 10,19 Persen
• Motivasi Karyawan BPD Bali, Aqua Ingatkan Pentingnya Paham Produk Knowledge Pada Perusahaan
Seperti rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menggunakan masker setiap beraktifitas di luar rumah, serta jaga jarak setiap berinterkasi dengan orang lain.
"Sejak April, Mei dan Juni kami juga rutin melakukan penyemprotan disinfektan di seluruh wilayah yang ada di Desa Adat Banyuasri. Melakukan pengawasan di pintu-pintu masuk, jadi bagi pengedara yang lewat di wilayah Desa Adat Banyuasri tidak menggunakan masker, akan kami tegur, kami berikan edukasi dan langsung kami berikan masker gratis. Kami juga membuat tempat cuci tangan di 17 titik, kami pasang di fasilitas-fasilitas umum," terang Ketua Satgas Gotong Royong Desa Adat Buleleng Nyoman Swadika, saat ditemui Rabu (5/8/2020).
Selain itu, sebagai upaya mendisiplinkan warga untuk terus mengenakan masker ditengah wabah virus corona, serta mencegah terjadinya penularan di wilayah pasar, Satgas Gotong Royong Desa Adat Banyuasri juga beberapa kali menggelar sidak di Pasar Tumpah Banyuasri. Imbauan-imbauan juga dipasang di beberapa sudut pasar.
Dimana, jika dalam sidak tersebut, Satgas Gotong Royong menemukan adanya pedagang yang tidak mengenakan masker, maka pihaknya akan memberikan sanksi berupa menyegel lapak bagi pedagang yang melanggar, selama tiga hari.
Serta membawa pedagang yang melanggar itu ke wantilan Desa Adat Banyuasri untuk diberikan pemahaman.
Sementara bagi pengunjung yang tidak mengenakan masker, diminta untuk segera meninggalkan pasar.
"Saat new normal ini, pengawasan pasar sudah dilakukan oleh dinas terkait. Jadi kami fokus melakukan pengawasan di pasar pada malam hari. Kami fokus dari segi pengamananya saja. Karena beberapa hari terkahir wilayah kami sering terjadi kasus pencurian," ucapnya.
Selama bertugas menjadi Satgas Gotong Royong, Swadika mengaku sempat mengalami kejadian unik.
Dimana, Satgas Gotong Royong Desa Adat Buleleng sempat ingin dilaporkan oleh salah satu Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Dimana, salah satu PMI asal Desa Adat Banyuasri itu merasa keberatan jika dirinya harus menjalani isolasi mandiri di rumah selama beberapa hari, padahal sudah mengantongi sertifikat bebas covid-19, yang dikeluarkan dari perusahaan tempat sang PMI bekerja.
• Bawaslu Temukan Ada Joki Saat Proses Coklit Daftar Pemilih di Badung
• Pariwisata Bali Telah Dibuka, IDAI Bali Minta Ada Imbauan Khusus Kepada Anak
• Soal Polemik HK di Bali, Giri Prasta Minta Desa Adat Ingatkan Dresta, Awig-awig dan Pararem yang Ada
"Ada salah satu PMI yang selalu menolak imbauan yang kami berikan, dan menolak melakukan karantina. Kami diancam mau dilaporkan. Tapi kami selalu menyampaikan bahwa karantina itu wajib dilakukan oleh para PMI yang baru pulang. Kami terus mengawasi PMI tersebut, pergerakannya selalu kami awasi. Hingga akhirnya dia mau disiplin menjalani karantina," tutur Swadika.