Pariwisata Bali Telah Dibuka, IDAI Bali Minta Ada Imbauan Khusus Kepada Anak

Dan pada tanggal 11 September nanti, Bali berencana akan membuka pariwisata untuk wisatawan mancanegara.

Penulis: M. Firdian Sani | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/M. Firdian Sani
Beberapa masyarakat tampak berwisata ke Pantai Sanur dengan membawa sang buah hati, Selasa (4/8/2020). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, M. Firdian Sani

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pariwisata di Bali untuk wisatawan domestik telah dibuka pada Jumat (31/7/2020) lalu.

Dan pada tanggal 11 September nanti, Bali berencana akan membuka pariwisata untuk wisatawan mancanegara.

Banyak prediksi mengatakan Bali akan ramai karena sangat dirindukan oleh wisatawan.

Tidak dipungkiri memang keindahan alam Bali selalu menyisakan cerita menarik yang pasti akan dirindukan bagi pelancong domestik maupun mancanegara.

Soal Polemik HK di Bali, Giri Prasta Minta Desa Adat Ingatkan Dresta, Awig-awig dan Pararem yang Ada

Pilkada Serentak Digelar 9 Desember Mendatang, Begini Empat Arahan Presiden Jokowi

Selama Ini Hanya Jago di Darat, Kini Bali Siapkan Regulasi Pungut Retribusi di Laut

Hal itu menjadi salah satu cara agar kondisi perekonomian rakyat Bali kembali bangkit meski pandemi Covid-19 belum berakhir.

Bali pun telah menerapkan protokol kesehatan agar populasi dan rantai penyebaran Covid-19 dapat dikontrol.

Melihat hal itu, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali Dr. dr. I Gusti Lanang Sidiartha, Sp.A(K) mengatakan jika Bali perlu memberikan aturan atau imbauan khusus kepada anak, entah itu dari segi jumlah, umur, atau yang lainnya.

Dokter Lanang menilai hal itu perlu lantaran anak merupakan golongan yang paling rentan terpapar Covid-19 karena kondisi imun belum stabil.

"Perlu, jadi karena rentan tertular pada anak-anak mestinya diberi imbauan seperti itu," katanya dihubungi Tribun Bali, Rabu (5/8/2020).

Namun di sisi lain ia sangat yakin para orang tua tidak akan sembarangan mengajak buah hatinya untuk berpergian ke tempat-tempat yang rentan terhadap penularan Covid-19.

"Dan saya juga yakin bahwa orang tua tidak mudah untuk mengajak anaknya ke tempat ramai karena sekolah saja mereka belum berani, apalagi ke tempat wisata atau ke tempat ramai," sambungnya.

Mengenai kasus Covid-19 pada anak di Bali, ia menilai banyak dari mereka yang menjadi Orang Tanpa Gejala (OTG) dan orang dewasa menjadi sumber pertama kali mereka terinfeksi.

"Kalau kita lihat penanganan Covid-19 di Bali khusus anak itu sebagian besar 90 persen lebih, itu tidak ada gejalanya. Jadi semua data yang diperoleh anak itu berdasarkan rating pada orang tuanya yang positif.

Nah yang datang ke rumah sakit itu sedikit, termasuk yang positif pun juga tidak begitu banyak," jelasnya.

Nelayan Lobster Sambut Baik Terbitnya Permen KP, HNSI Tabanan Dorong Segera Penuhi Syarat Legalitas

Sosialisasi Perarem Pencegahan Penyebaran Covid-19, Sejumlah Titik Strategis di Kuta Dipasang Banner

Tak Punya Regulasi, Pemprov Bali Belum Bisa Keluarkan Izin Pemanfaatan Ruang Laut

Orang tua dinilai menjadi perantara karena mereka sering berada di luar rumah untuk berbagai aktivitas pekerjaan.(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved