Inspirasi Bali
I Made Kembang Hartawan: Saya Tidak Terlahir dari Keluarga Kaya
Sebagian besar masyarakat, terutama di daerah Pangyangan Kecamatan Pekutatan mengetahui, bahwa keluarganya tidak langsung mendapat durian runtuh.
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Merunduk ketika sudah berisi.
"Banyak memang yang mengira (orang kaya). Tapi saya bukan lahir dari orang mampu. Jadi memang bapak dan ibu semua pekerja keras," ucap Kembang.
Bahkan didikan bapaknya cukup keras dirasakan olehnya.
Di mana dia harus bangun pagi jam lima pagi.
Kemudian harus lari atau jogging.
Ketika tidak menaati orangtuanya, maka ia akan dilempar ke serabut kelapa di depan rumahnya.
Bahkan, Kembang juga dididik untuk berlatih bela diri.
Akan tetapi hal itu diakuinya sangat bisa ditolerir pada jaman dahulu.
Akhirnya terbukti, ia bisa menjadi seperti saat ini.
Tak hanya dirinya, bahkan karena saking susahnya yang hanya tinggal di kontrakan.
Kisah susah perekonomian pun, dirasakan oleh kakaknya.
Di mana, kakaknya pun pernah disebut Luh Dolong, yang artinya dalam bahasa Bali itu tidak bisa memotong babi.
Sehingga, untuk upakara tiga bulanan kakaknya, harus di Griya.
Sehingga, kehidupan pahit sudah pernah dialami Kembang pada masa kecil.
Meskipun sudah sedikit 'mentas' dari perekonomian yang susah.
Ia pun tetap harus taat pada orangtua.
Dari usaha kelapa orangtuanya untuk menghidupi perekonomian keluarga, Kembang pun mengaku bahwa ikut dalam hal pelayanan.
Sehingga, sejatinya ia sudah terbiasa dalam hal melayani.
Di bisnis kelapa, mulai dari membantu penjual kelapa ke rumahnya, menjemur kelapa hingga menutup kelapa supaya tidak kena hujan, ia pun melakoninya.
Usaha tidak mengkhianati hasil pun benar adanya.
Setelah usaha bapaknya lancar, dan Kembang lulus kuliah ia pun diminta bapaknya untuk membantu bisnis usaha angkutan.
Itupun dijalankan.
Bahkan, ia menjadi sopir untuk mengetahui seluk beluk dari pengeluaran sopir ketika melakukan pengangkutan barang.
Tak hanya itu, dari masalah mesin, body hingga soal kaki truk pengangkutan pun ia mengetahui berapa pengeluaran yang harus dikeluarkan.
Jadi semua tidak ujug-ujug datang, dan menjadi mapan seperti saat ini.
Kisah haru berkorban untuk Jembrana pun dilakukan Kembang sejak menjadi ketua dewan.
Di mana pada tahun 2004, Kembang memulai bisnis peternakan.
Dilema di antara karir politik dan bisnisnya pun terjadi.
Hal itu pun dikeluhkan ke bapaknya.
Karena usaha peternakannya mulai kacau dalam sisi manajemennya.
Jawaban bapak dari Kembang Hartawan pun mencengangkan.
Di mana bapaknya menyarankan usaha itu ditutup.
Karena ketika bisnis peternakan gagal hanya keluarga yang mengetahuinya.
Berbeda halnya ketika ia buruk ketika duduk menjadi ketua Dewan, maka seluruh warga Jembrana akan mengetahuinya.
Akhirnya Kembang menutup usahanya demi mengabdi kepada masyarakat Jembrana.
Kembang pun mengaku, bahwa ada dosa terbesar yang dilakukannya kepada orangtuanya.
Di mana, ia gagal menjadi Akabri karena tidak sesuai dengan harapan orangtuanya.
Bahkan, persoalan utama itu disebutkan kapada Bli Ojan.
Kembang mengaku, persoalan ia gagal karena memang dikarenakan pacar.
Sehingga Kembang menyimpulkan, bahwa pasangan itu bisa men-support bisa juga menjadi batu sandungan.
Itu menjadi penyesalan Kembang karena mengecewakan orangtuanya.
Karena harapan besar terletak di pundaknya untuk menjadi Akabri.
Di mana bapaknya pun dahulu gagal menjadi Akabri.
Tapi bagaimanapun, Kembang pun berusaha menunjukkan keseriusannya menebus dosanya.
Akhirnya ia aktif dalam gerakan rakyat Bali.
Selain itu, aktif menjadi mahasiswa kritis di kampus dan akhirnya melabuhkan tempat menunjang karirnya di PDI Perjuangan.
Hingga akhirnya bapaknya pun mendidik Kembang menjadi politikus ulung yang mengabdi pada masyarakat.
Terkait nama sendiri, Kembang juga mengakui, bahwa nama lahirnya bukanlah Made Kembang Hartawan yang populer saat ini.
Namun, namanya ialah Made Mariana.
Nama itu sendiri, diubah okeh bapaknya, dikarenakan percaya atau tidak percaya bahwa setelah kelahirannya, ada perekonomian yang mulai membaik.
Meskipun masih ngontrak dan tidak terlalu baik-baik amat.
Namun, masa sebelum Kembang lahir perekonomian bapak dan ibunya jauh lebih sulit.
Dari kesadaran itu, bapaknya akhirnya mengganti nama Made Mariana menjadi Made Kembang Hartawan. (*)