Bangkitkan Permainan Tradisional yang Mulai Ditinggalkan, Sekaa Truna Pentas Megandu di Museum Subak
Selain menjadi start untuk kembali mengenalkan permainan tradisional di Tabanan, permainan Megandu ini juga nantinya akan diusulkan menjadi salah satu
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Permainan tradisional anak-anak agraris yakni "megandu" dipentaskan oleh sekaa truna dari Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, dan sekaa truna Desa Adat Sanggulan, Kecamatan Kediri, di kawasan Museum Subak Tabanan, Rabu (26/8/2020).
Selain menjadi start untuk kembali mengenalkan permainan tradisional di Tabanan, permainan Megandu ini juga nantinya akan diusulkan menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Tabanan, Gusti Ngurah Supanji, dengan adanya UU Nomor 5 tahun 2018 tentang Kemajuan Kebudayaan dan Perda Provinsi Bali tentang kemajuan kebudayaan, pihaknya kemudian menyusun Pokok Pokok Kebudayaan Daerah (PPKD) Kabupaten Tabanan.
"Ketika menyusun PPKD tersebut, dan dari 11 borang salah satunya adalah permainan tradisional. Di sanalah kita tahu bahwa permainan tradisional banyak yang belum mengenal.
• Begini Kata Manajemen LG Electronics Terkait 242 Karyawan Pabrik yang Dinyatakan Postiif Covid-19
• OJK Dorong Fintech Ikut Berperan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional
• Golkar Bali Perkirakan Rekomendasi Paslon di Pilkada Badung dan Denpasar Keluar 28 Agustus 2020
Setelah menyusun PPKD tersebut, kita terbangkit untuk memperkenalkan satu per satu permainan ini. Dan kita mulai dari Megandu dulu sambil menggali apa permainan tradisional yang kita miliki," jelas Supanji, Rabu (26/8/2020).
Dia melanjutkan, di setiap wilayah Kabupaten Tabanan pasti memiliki sebuah permainan tradisionalnya.
Misalnya di daerah pesisir, pegunungan, danau dan lainnya pasti memiliki permainan tradisional khas dari Kabupaten Tabanan.
Sehingga kita perlu melakukan indentifikasi dan masukan ke pokok pikiran kebudayaan daerah khas Tabanan.
"Saat ini untuk Megandu ini kita masih menyusun kajian ilmiahnya. Dan rencananya untuk tahun 2021 mendatang kita mengusulkan tiga buah baik itu permainan tradisional, tarian yakni joged nini, hingga kuliner yakni jukut gondo. Semuanya masih dalam tahap proses," katanya.
Dan sampai saat ini, kata dia, yang sudah masuk atau menjadi WBTB di pusat adalah Mandolin, Tektekan, Ngerebeg, dan Tari Leko.
Sementara itu, Kepala UPTD Museum Subak Kabupaten Tabanan, Ida Ayu Ratna Pawitrani mengatakan, pementasan permainan tradisional ini adalah program belajar bersama di museum subak.
Selain ingin membangkitkan permainan tradisional ini, permainan "Megandu" ini juga akan diusulkan menjadi WBTB pada tahun depan.
"Saat ini kita pilih Megandu karena untuk mengawali pementasan permainan tradisional. Selain itu juga sudah sering dipentaskan dan disampaikan masyarakat. Kemudian juga Megandu ini mendefinisikan bahwa kita tak bisa hidup sendiri dan mengajarkan sportivitas. Ke depan kita akan pentaskan permainan tradisional agraris yang lainnya," katanya.
Dayu Ratna melanjutkan, untuk pelaksanaannya juga kita sudah terapkan protokol kesehatan.
• Nuril Bawa Pegadaian di Bali Tumbuh Melesat
• Penjualan Akuarium Kaca Tiup Merosot Selama Pandemi Covid-19, Setelah New Normal Kembali Dilirik
• Para Ketua Terpilih Sowan ke Sugawa Korry Usai Dapat Hadiah Terpilih Secara Aklamasi di Musda 2020
Itu dilakukan baik mulai dari penjemputan dan sebelum pelaksanaannya juga.
"Intinya protokol kesehatan harus tetap dilaksanakan baik itu desinfektan, cuci tangan, dan pengecekan suhu tubuh setiap pemerannya," tandasnya.(*)