Korea Utara

Pembelot Korea Utara Ini Sebut Kim Jong Un Dewa yang Bisa Baca Pikiran Warganya

Yeonmi Park mengungkapkan kisah itu, di mana juga mengisahkan bagaimana rasanya hidup di negara yang dikenal begitu rahasia itu.

Editor: Wema Satya Dinata
Korean Central News Agency/Korea News Service via AP
Dalam foto tak bertanggal yang disediakan pada 28 Agustus 2020, nampak Pemimpin Korea Kim Jong Un berrbicara dengan pejabat setempat dalam kunjungannya ke Provinsi Hwanghae Selatan, di mana Topan Bavi mendarat pada 27 Agustus 2020. 

TRIBUN-BALI.COM - Seorang pembelot Korea Utara mengungkapkan, dia mendapat cerita bahwa Kim Jong Un adalah dewa yang bisa membaca pikiran warganya.

Yeonmi Park mengungkapkan kisah itu, di mana juga mengisahkan bagaimana rasanya hidup di negara yang dikenal begitu rahasia itu.

Park, gadis 26 tahun yang kini aktivis HAM di Chicago, menuturkan dia tidak mengenal konsep cinta, atau apa itu persahabatan.

Semuanya adalah "kamerad", di mana mereka begitu membanggakan rezim Korea Utara.

Percepat penanganan Covid-19, Kota Serang Akan Berlakukan PSBB Mulai 10 September 2020

Nasabah Cenderung Pilih Simpan Dana di Tabungan Ketimbang Deposito pada Masa pandemi, Ini Alasannya

Pemerintah Terbitkan PP Pelonggaran Iuran BPJS Ketenagakerjaan, Begini Tanggapan Pengusaha

Bahkan orangtuanya sendiri tidak pernah mengungkapkan mereka mencintainya.

 Yeonmi Park menerangkan ketika berbicara tentang Korut, negara itu jauh berbeda dengan negara lain yang dianggap tak aman seperti Iran atau Kuba.

Kepada New York Post pekan lalu, dia mengatakan bahwa masyarakatnya tentu mendapatkan pemahaman bahwa mereka diisolasi atau warga pendatang tidak aman.

"Tetapi Korut seakan-akan adalah kerajaan terpencil. Saat saya kecil, saya tak tahu bahwa saya memuja diktator," kata Park.

Sebagai anak-anak, Park sering mendapat kisah bahwa Kim Jong Un dan ayahnya, Kim Jong Il, adalah dewa yang bisa membaca pikiran.

Propaganda tersebut membuat rakyat negara penganut ideologi Juche itu terlalu takut untuk berbicara, bahkan memikirkan kebrutalan keluarga Kim.

 Di sekolah, dia mengklaim mendapatkan pelajaran berhitung menggunakan metrik "Amerika siaan", atau ada sesi yang disebut "sesi kritik".

Di sana, para siswa diajarkan untuk saling menyerang atau menemukan kesalahan teman sekelasnya.

Membuat mereka menjadi saling curiga dan terpecah belah.

 "Kami tidak punya teman di Korea Utara. Yang kami punya hanyalah kamerad. Kami tidak mengenal apa itu hubungan pertemanan," ungkap Park

Dewata United Menang Besar Hadapi Bali Mania FC di Lapangan Sidakarya

10 Provinsi Penerima Bantuan Subsidi Gaji Terbanyak, Bali Urutan ke-9

Ini 28 Paslon di Pilkada Serentak 2020 yang Bakal Lawan Kotak Kosong, Salah satunya di Badung, Bali

 Park kemudian mengungkapkan bagaimana dia harus makan serangga untuk hidup, dan menyalahkan rezim Kim yang membiarkan rakyatnya kelaparan.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved