Galungan di Masa Pandemi, Penurunan Pengunjung Pasar Galiran Klungkung Capai 25 Persen
Tidak seperti menjelang Galungan 6 bulan lalu, kali ini aktivitas jual beli ke Pasar Galiran Klungkung justru relatif lebih sepi.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Tahun ini masyarakat Bali merayakan Galungan di tengah masa pandemi Covid-19.
Tidak seperti menjelang Galungan 6 bulan lalu, kali ini aktivitas jual beli ke Pasar Galiran Klungkung justru relatif lebih sepi.
" Dibandingkan menjelang Galungan 6 bulan lalu, sekarang aktivitas warga di Pasar Galiran Klungkung relatif lebih sepi. Dari hasil pengecekan, estimasi terjadi penurunan 25 persen lah jika dibanding 6 bulan lalu," ungkap Kepala UPT Pasar Klungkung, I Komang Sugianta, Senin (14/9/2020).
Pasar Umum Galiran merupakan pasar terbesar di Bali Timur, dan menjadi pusat jual beli berbagai kebutuhan hari raya.
Tidak hanya bagi pedagang dan pembeli dari Klungkung, pasar ini juga menjadi tujuan bagi warga dari Karangasem, Gianyar, dan Bangli untuk melalukan aktivitas jual-beli.
• Harga Babi Tembus Rp 40 Ribu per Kilogram, Pedagang Daging Ambil Babi dari Luar Tabanan
• Pensiunan Polisi Tewas di Tangan Happy Prima, Akui Sakit Hati dengan Korban
• Kasus Covid-19 di Buleleng Tembus 729 Orang, Pengempon Pura Diimbau Lakukan Penyemprotan Disinfektan
"Kali ini relatif sepi, mungkin karena uang sedikit beredar di pasaran. Dampak dari pandemi Covid-19 ini sangat terasa bagi masyarakat," jelasnya.
Menurutnya, kondisi saat ini justru lebih banyak pedagang dari pada pembeli.
Hal ini karena karyawan yang terkena PHK/dirumahkan, banyak yang beralih menjadi pedagang lancuban (musiman).
" Jelang Galungan, karyawan yang dirumahkan itu banyak menjual sarana upacara, seperti bambu dan ambu (daun aren muda) dan sarana penjor lainnya," jelas Sugianta.
• Di Jawa Timur, Pelanggar Protokol Kesehatan Perorangan Didenda Rp 250 Ribu
• BLT Karyawan Sudah Cair untuk 5,2 Juta Orang, Gelombang 3 Ditransfer Mulai Hari Ini
Seperti yang diungkapkan Gede Wisastra, warga asal Sidemen Karangasem. Sudah sekitar 5 bulan ia dirumahkan, dan Galungan pun menjadi berkah baginya.
" Kebetulan di tegalan rumah ada pohon bambu dan aren. Jadi saat Galungan seperti ini bisa jadi berkah," ungkapnya. (*)