Jerinx SID Dilaporkan ke Polda Bali

Sidang Perkara Jerinx Berjalan Hampir Enam Jam, Berlangsung dengan Tensi Tinggi

Sidang perkara dugaan ujaran kebencian dengan terdakwa I Gede Ari Astina alias Jerinx (JRX) digelar perdana di PN Denpasar

Penulis: Putu Candra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali/I Wayan Erwin Widyaswara
Sidang lanjutan perkara dugaan pencemaran nama baik dengan terdakwa I Gede Ari Astina alias Jerinx, Selasa (13/10/2020) 

Menurutnya permasalahan rapid test ini lah menjadi alasan kliennya membuat postingan.

Sebab, banyak laporan yang diterima Jerinx, terutama ibu hamil sudah pecah ketuban tapi tidak langsung mendapat pelayanan sebelum rapid test.

"Apakah rapid test ini tepat?," tanya Gendo dengan nada meninggi.

Putra tidak mau kalah dan menjawab dengan nada tinggi.

"Rapid test untuk screening, ya (tepat). Tapi untuk diagnosa tidak tepat. Karena itu, jika hasil rapid positif akan di swab," jelas Putra Suteja.

Usai tim jaksa, tim penasihat hukum dan majelis hakim, giliran Jerinx diberikan kesempatan bertanya dan menanggapi ke Putra Suteja.

Tidak mau basa-basi, Jerinx langsung menanyakan niatan Putra Suteja hingga dirinya ditahan.

"Apakah bapak ada niat untuk memenjarakan saya?," tanya Jerinx.

"Saya tidak ada maksud memenjarakan atau memidanakan, tapi mencari kebenaran atas tuduhan," jawab Putra Suteja.

Jerinx kemudian bertanya, kenapa tidak ada klarifikasi atau penjelasan sebelum melapor ke polisi.

Terlebih, pada postingan-postingan sebelumnya, Jerinx sudah meminta penjelasan IDI.

Suteja mengatakan, IDI tidak memberi klarifikasi karena tengah sibuk penanganan Covid-19.

"Yang jelas, akibat postingan itu masyarakat tidak percaya dengan dokter karena ada kata konspirasi," jelas Putra Suteja.

Jerinx pun tidak puas dengan jawaban Putra Suteja dan kembali mengejar dengan beberapa pertanyaan.

"Sebelumnya saya ada postingan IDI mengajak diskusi, tapi tidak digubris,” ujar Jerinx.

"Kalimat-kalimat anda itu yang menurunkan semangat kami. Coba kalau postingan anda itu baik, sing kenken," kata Putra Suteja dengan nada tinggi.

"Apakah bapak ingin memenjarakan saya dan memisahkan saya dengan istri saya? Saya baru menikah satu tahun. Itu istri saya," ucap Jerinx sambil menunjuk Nora yang ada di bangku pengunjung.

"Tidak ada niatan tyang memenjarakan anda, sing ada sing. Anda orang baik. Saya tahu Anda orang baik, tetapi kenapa kata-katanya menjadi tidak baik," jawab Putra Suteja.

Jerinx pun menegaskan, dirinya tidak ada niat atau maksud merusak, apalagi membubarkan IDI.

Ia hanya ingin mengajak berdiskusi dan meminta penjelasan.

Hanya saja karena latar belakangnya sebagai seniman membuat gaya bahasanya blak-blakan.

Selain itu, kata Jerinx, dirinya dari dulu sering menjadi relawan kemanusiaan.

Salah satunya relawan bom Bali.

Saat pandemi datang, Jerinx mengaku setiap hari menerima ratus laporan terutama ibu hamil yang mengadu dipersulit saat hendak melahirkan karena harus rapid test terlebih dulu.

Atas dasar itu Jerinx memosisikan diri sebagai korban.

Setelah itu, Jerinx tidak ada tanggapan lagi. Hakim mempersilakan Putra Suteja keluar.

"Semoga sehat selalu, dok," ucap Jerinx.

Saksi kedua adalah dr. I Made Sudarmaja, sekretaris IDI Bali.

Sama seperti Putra Suteja, Sudarmaja menyebut postingan Jerinx telah membuat heboh para dokter.

Akhirnya semua sepakat melapor ke polisi.

Penasihat hukum Jerinx, Sugeng Teguh Santoso sempat menyinggung dokter sebagai orang terdidik semestinya memberikan penjelasan, bukan main lapor polisi.

Dokter perlu membuka ruang diskusi pada Jerinx dan publik.

Sedangkan saksi ketiga adalah Wakil Ketua IDI Denpasar, dr. Ketut Widiyasa.

Usai memberikan keterangan, Jerinx pun kembali menanggapi dan melontarkan pertanyaan ke Widiyasa.

"Saya cuma ingin menanyakan satu hal, apakah dokter yakin saya ini memang benar-benar ingin merusak mental kawan-kawan tenaga kesehatan dan dokter seluruh Indonesia," tanya Jerinx.

"Jadi pada saat itu kita menghadapi ketidakjelasan mengenai ini. Artinya semua pihak ingin mencari bentuk bagaimana penanganan yang sebenarnya. Teman-teman dokter dan tenaga kesehatan khususnya pada awal Juni sampai hari ini menghadapi banyak kasus peningkatan jumlah Covid. Yang kita butuhkan bersama-sama bagaimana kita bekerjasama, berkolaborasi agar pandemi ini cepat selesai. Yang saya rasakan bersama teman-teman, kami sudah berupaya tetapi masih ada sebagian dari kita yang tidak percaya (Covid) ini ada," jawab Widiyasa.

Mendapat tanggapan itu, Jerinx pun menegaskan dirinya telah berkolaborasi jauh-jauh hari terkait penanganan Covid sebelum menulis status tersebut.

"Saya berdiskusi dengan dokter Tirta berkali-kali di Instagram saya. Karena terinspirasi berdiskusi dengan kawan-kawan dokter itu, saya mengajak IDI berdiskusi membicarakan masalah rapid test terhadap ibu-ibu hamil. Apakah saudara tahu saya sudah berdiskusi dengan dokter Tirta disaksikan 130 ribu masyarakat Indonesia," tanya Jerinx.

"Saya tidak melihat postingan itu," jawab Widiyasa singkat.

Jerinx menanyakan melaporkan dirinya dilandasi rasa emosi.

"Emosi tidak sih," jawab Widiyasa.

"Tidak emosi berarti hanya ingin memenjarakan saya saja," tanya Jerinx kembali.

"Kita tidak pernah ingin memenjarakan siapapun. Yang kami laporkan itu akunnya dan memenjarakan itu bukan tugas kami. Cuma ingin menyampaikan ini tidak benar. Itu saja sebenarnya," jelas Widiyasa.

Jerinx kembali menyatakan, bahwa dirinya sudah mengajak pihak IDI untuk berdiskusi.

"Saya sudah pos mengajak debat live instagram tapi tidak dijawab. Banyak ibu-ibu masih mengeluh di instagram saya ketakutan rapid test. Kenapa tidak di balas. Ketika saya memakai kata, maaf "Kacung" langsung seperti mau perang. Kan tidak adil. Saya ingin diskusi, bikin saya pinter seperti bapak," selorohnya.

"Jadi intinya saya kan admin IG IDI Denpasar. Pada waktu itu kami menyampaikan ke pengurus, Ketua IDI dan diteruskan. Jadi itu semua keputusan rapat IDI saat itu," sambut Widiyasa.

"Jika IDI tidak ingin memenjarakan saya, saya juga sebenarnya tidak pernah ingin menjelek-jelekan nama IDI. Saya cuma mengajak diskusi. Lalu kenapa kita di sini (persidangan)," kejar Jerinx.

Terhadap pertanyaan itu, Widiyasa pun tidak menjawab dan menyatakan cukup.

Tak berhenti sampai disana, Jerinx kembali menanyakan apakah IDI memaafkannya.

"Kira-kira IDI memaafkan saya nggak," tanya Jerinx.

"Kami di dokter dididik para guru kami adalah untuk bagaimana memelihara hidup dari janin sampai meninggal. Memaafkan itu pasti, selama ini bli Gede (Jerinx) tidak pernah menyampaikan permohonan maaf itu kepada kami," jawab Widiyasa.

Jerinx pun langsung menimpali dan menyatakan bahwa dirinya telah meminta maaf saat dirinya dipanggil sebagai saksi di kepolisian.

"Ketika saya dipanggil polisi sebagai saksi, saya bicara ke media, saya minta maaf ke kawan-kawan IDI jika itu menyinggung. Saya minta maaf sebagai bentuk empati saya, karena saya tahu perjuangan kawan-kawan Nakes tidak lah ringan. Berat. Saya sudah minta maaf tapi kenapa diteruskan. Berarti kan ingin memenjarakan saya dan ingin memisahkan saya dengan istri saya. Itu istri saya cantik sekali di bekalang itu. Jadi apa motif IDI sebenarnya ini. Saya ingin tahu," kejar Jerinx lagi.

"Sekali lagi itu keputusan dari hasil rapat IDI," ucap Widiyasa.

Dengan telah diperiksa tiga saksi, sidang akan kembali dilanjutkan, Kamis (15/10/2020).

Sidang selanjutnya akan mendengarkan keterangan ahli yang dihadirkan tim jaksa.(*).

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved