Ekonomi Mati Suri, Persaingan Tidak Sehat Diduga Mulai Terjadi di Kalangan Pengusaha di Badung

Pihaknya mengatakan indikasi persaingan bisnis tidak sehat tersebut dilihat dari adanya saling lapor usaha, khususnya usaha tempat hiburan dan rumah

Tribun Bali/I Komang Agus Aryanta
Kasatpol PP Badung, IGAK Surya Negara 

TRIBUN-BALI.COM, BADUNG – Di tengah pandemi Covid-19 banyak perusahaan di Kabupaten Badung mengalami mati suri.

Namun tidak sedikit pula usaha yang masih bertahan walaupun dengan omset yang relatif kecil.

Sayangnya kini usaha yang masih bertahan itu diduga mulai bersaing dengan tidak sehat.

Hal itu untuk menjatuhkan sesama perusahaan untuk menggaet pengunjung yang datang.

Kasatpol PP Badung, IGAK Surya Negara, saat dikonfirmasi tak menampik hal tersebut.

Pihaknya mengatakan ada indikasi persaingan bisnis tidak sehat mulai terjadi di tengah pandemi Covid-19.

Baca juga: Update Covid-19 di Denpasar, 15 Oktober: Kasus Positif Bertambah 32 Orang, 27 Pasien Sembuh

Baca juga: Kisah Kakak Beradik Lumpuh di Desa Timuhun, Dewa Gde Frustasi hingga Benturkan Tubuh ke Tembok

Baca juga: Cegah Penularan Covid-19, Menkes Minta Semua Lembaga Sediakan Fasilitas Cuci Tangan, Air, dan Sabun

“Memang ada indikasi, Hal itu dipicu karena masalah perut, di mana tamu kini masih sedikit dan tamu itu keuangannya terbatas. Sebab pandemi ini tentu membuat mereka juga harus melakukan saving,”ujar Kamis (15/10/2020).

Pihaknya mengatakan indikasi persaingan bisnis tidak sehat tersebut dilihat dari adanya saling lapor usaha, khususnya usaha tempat hiburan dan rumah makan.

Dirinya mengakui beberapa kali mendapatkan laporan terkait, di mana usaha yang dilaporkan itu dinilai mengabaikan protokol kesehatan dan memicu terjadinya kerumunan.

Namun setelah dicek ke lapangan, ternyata usaha yang dilaporkan itu memiliki izin lengkap, menerapkan protokol kesehatan, melakukan penyemprotan disinfektan rutin.

Bahkan usaha itu mempunyai ruangan khusus untuk pengobatan dan pegawainya rutin dilakukan rapid test, khususnya untuk tempat hiburan.

Baca juga: Disuruh Lari, Rangga Tak Mau Tinggalkan Ibunya saat Predator Seks Masuk Kamar, Korban Nyawa Demi Ibu

Baca juga: Perwakilan Warga Pejeng Datangi Kesbangpol Gianyar Terkait Permasalahan dengan Prajuru Adat

Baca juga: Dinsos Tabanan Pastikan Kadek Rustiani dan Adiknya yang Yatim Piatu Sudah Dapat Bantuan Pemerintah

“Seperti di rumah makan, yang dilaporkan itu justru pelanggannya yang habis makan, sehingga ia terlihat tidak menggunakan masker. Selain itu, karena yang makan di tempat ramai, maka terlihat terjadi kerumunan. Kita juga sulit menyikapi hal itu, sebab kalau kita minta pengusaha terkait menegur atau meminta pelanggannya keluar ketika habis makan, tentu itu tidak etis karena mereka jualan tentu mengutamakan service dan kenyamanan."

"Apalagi situasi saat ini cenderung sepi tamu, tentu mereka sangat berhati-hati bersikap agar tidak mengecewakan pelanggan,” ungkapnya.

Berkaca dari hal itu, birokrat asal Denpasar ini mengatakan beberapa usaha diakuinya cenderung menerapkan kebijakan agar pelanggan tidak mengambil foto maupun video ketika berkunjung.

Mereka takut hal itu akan mengundang polemik dan viral, karena dasar pelaporan yang diterima pihaknya juga berdasarkan foto dan video di usaha terkait.

Baca juga: LPSK Lakukan Asesmen terhadap 39 Korban Tindak Pidana Terorisme Bom Bali I dan II

Baca juga: 13 Pegawai Positif Covid-19, Beberapa Layanan RS Gema Santi Nusa Penida Ditutup Selama 6 Hari

Baca juga: Pemkab Badung Kucurkan Rp 3,3 Miliar untuk Pemeliharaan 967 Titik Akses Internet

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved