13 Tahun Berkonflik, Krama Pakudui Akhirnya Bersatu, Bupati Siap Pasang Badan jika Masalah Diungkit

Minggu 22 November 2020 menjadi hari bersejarah bagi krama Pakudui Tempek Kangin dan krama Desa Adat Pakudui, Kecamatan Tegalalang, Gianyar, Bali.

Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Krama Desa Adat Pakudui dan krama Tempekan Pakudui Kangin menandatangani kesepakatan damai di Kantor Bupati Gianyar, Minggu (22/11/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Minggu 22 November 2020 menjadi hari bersejarah bagi krama Pakudui Tempek Kangin dan krama Desa Adat Pakudui, Kecamatan Tegalalang, Gianyar, Bali.

Sebab, selama hampir 13 tahun berkonflik karena permasalahan tanah, kini mereka telah bersatu kembali, menjadi masyarakat yang sama-sama bernaung dalam satu desa adat, yakni Desa Adat Pakudui.

Dengan demikian, aset yang selama ini disengketakan kembali menjadi milik bersama.

Kesepakatan damai ini dilakukan di depan Kantor Bupati Gianyar.

Baca juga: Baru Pensiun 2 Bulan, Mantan Kasat Tahti Polres Buleleng Diciduk di Jalan Raya Lovina Karena Narkoba

Baca juga: Polsek Payangan Dibantu Warga Evakuasi Pohon Tumbang yang Sempat Tutup Akses Lalu Lintas

Baca juga: Pencopotan Baliho Habib Rizieq Oleh TNI, Kuasa Hukum FPI Sebut Tak Akan Tempuh Langkah Hukum

Perdamaian yang ditandai penandatanganan oleh kedua belah pihak ini, disaksikan Bupati Gianyar, Made 'Agus' Mahayastra, Wakil Bupati Gianyar, Anak Agung Mayun, Kapolres Gianyar, AKBP Dewa Made Adanya dan pejabat Pemkab Gianyar lainnya.

Bupati Gianyar, Made Agus Mahayastra mengatakan, ini merupakan momen bersejarah dirinya dan juga krama Pakudui.

Kata dia, permasalahan ini telah terjadi hampir 13 tahun, saat ia masih menjadi Ketua DPRD Gianyar, lalu menjadi Wakil Bupati Gianyar mendampingi Anak Agung Gde Bharata, dan akhirnya kasus ini berakhir dalam jabatannya sebagai Bupati Gianyar.

Baca juga: Terungkap Sosok Wanita Berbaju Kotak-kotak di Atas Ranpur Anoa TNI, Ternyata Jurnalis

Baca juga: UMK Jatim 2021 Disahkan, Tertinggi Naik Rp 100.000, Terendah Rp 25.000, Surabaya Rp 4.300.479,19

Baca juga: BREAKING NEWS: Konsumsi Sabu Sejak 2007, Mantan Kasat Tahanan Polres Buleleng Ditangkap

"Yang paling berbahagia di sini adalah saya. Karena permasalahan yang sudah 13 tahun lebih, saat saya masih jadi Ketua DPRD, jadi bupati, dan hari ini kita bisa selesai dengan indah. Tanpa tangisan, tapi semua bisa tersenyum kembali. Ini juga tak terlepas dari kerja keras pihak kepolisian," ujar Mahayastra. 

Mahayastra meminta semua permasalahan yang terjadi selama ini, harus dilupakan.

Politikus PDIP asal Payangan ini pun siap pasang badan jika ada oknum krama yang mengungkit permasalahan tersebut.

"Saya meminta jangan lagi ada mengungkit masa lalu. Jika ada yang mengungkit-ngungkit yang menyebabkan hubungan tidak harmonis, saya dan Kapolres akan datangi orang itu," ujarnya di hadapan krama, lalu disambut tepuk tangan.

Baca juga: Mantan Guru Ngaji Ini Buat Pabrik Sabu Rumahan di NTB, Mentornya Narapidana di LP Berkode Jenderal

Baca juga: Terkait Swab Test terhadap Habib Rizieq, Kuasa Hukum FPI: Pemerintah Tak Perlu Repot

Baca juga: Trik Mengetahui Kamu Telah Diblokir di Whatsapp, Gunakan 4 Cara Ini

Mahayastra mengajak krama Pakudui untuk membangun desanya.

Sebab karena konflik ini, kata Mahayastra, desa ini hampir selama 13 tahun tidak membangun.

"Lupakan yang sudah terjadi, mari mulai sekarang kita sama-sama membangun Desa Adat Pakudui yang selama 13 tahun tak membangun. Krama Pakudui Kawan mau membangun bale banjar dan membuat tapakan barong, saya fasilitasi. Ini Tempek Pakudui Kangin mau apa, silahkan minta asal jangan yang besar-besar," ujar Mahayastra yang disambut tepuk tangan oleh krama.

Baca juga: Ketum PSSI Iwan Bule Melarang Pemain Timnas Indonesia U-19 Makan Pecel Lele Jangan Coba-coba

Baca juga: Brad Binder Sandang Status Rookie of The Year MotoGP 2020, Kalahkan Adik Marc Marquez

Mahayastra menilai, kesepakatan damai dan bersatunya kembali krama setempat merupakan pilihan yang tepat untuk nantinya diwariskan ke anak cucu.

"Kami sangat menghargai, jika bapak-bapak tidak sayang pada anak cucu, pasti hal seperti ini tidak terjadi. Dan, perdamaian ini merupakan warisan yang sangat berharga bagi generasi penerus. Jangan mereka diwariskan konflik saudara," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved