Ali Kalora Kerap Menyamar Jadi Warga Lokal, Ini Jejak Pemimpin MIT yang Diduga Terlibat Teror Sigi
Saya luruskan, tidak ada gereja yang dibakar. Bukan gereja. Hanya ada satu rumah yang kadang dipakai untuk melayani umat
“Mengantarkan Iman ke daerah Tangkura untuk bergabung dengan kelompok MIT. Kedua, berencana mengantarkan uang sebesar Rp 1.590.000 dan makanan atau kue kepada kelompok MIT,” tutur Awi.
Baca juga: Otoritas Austria Lakukan Perburuan Besar-besaran, Merespon Serangan Teroris yang Tewaskan 7 Orang
Empat bulan setelah Ummu Syifa ditangkap, terjadi kontak tembak antara Satgas Tinombala di Desa Bolano Barat, Kecamatan Bolana, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Peristiwa tersebut terjadi pada pertengahan November 2020.
Saat kontak tembak terjadi dua terduga anggota MIT yang dipimpin Ali Kalora tewas. Mereka adalah Bojes alias Aan alias Wahid dan Aziz.
Bojez dan Aziz sudah lama masuk DPO. Bahkan polisi sudah menyebarkan foto mereka di media sosial.
Selain Bojes dan Azis, ada 13 anggota MIT yang masuk dalam DPO.
Sebelumnya, sejak Kamis (5/11/2020) polisi dan anggota TNI menyisir rumah warga dan hutan di Kelurahan Mamboro Barat, Palu karena ada informasi jika anggota MIT berkeliaran.
Baca juga: Otoritas Austria Lakukan Perburuan Besar-besaran, Merespon Serangan Teroris yang Tewaskan 7 Orang
Bunuh satu keluarga di Sigi
Tak lama setelah dua anak buah Ali Kalora tewas ditembak petugas, satu keluarga di Sigi ditemukan tewas terbunuh pada Jumat (27/11/2020).
Diduga kuat Ali Kalora terlibat pada pembunuhan tersebut.
Selain di Sigi, Ali Kalora juga terlibat pada penembakan aparat yang sedang membawa korban pembunuhan RB alias A (34) warga sipil korban mutilasi di kaawasa Desa Salubunga, Sausu, Parimo, Sulteng pada 31 Desember 2018.
Kala itu aparat ditembaki kelompok Ali Kalora ketika salah seorang petugas hendak menyingkirkan kayu dan ranting pohon yang menghalangi jalan.
Baca juga: LPSK Lakukan Asesmen terhadap 39 Korban Tindak Pidana Terorisme Bom Bali I dan II
Kontak tembak aparat dengan kelompok teroris tersebut menyebabkan dua petugas yakni Bripka Andrew dan Bripda Basi terluka.
Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar dalam Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV, Selasa (1/12/2020) mengatakan MITjuga terlibat dalam tindak pidana pembunuhan warga di sekitar Pegunungan Biru, Kabupaten Poso.
Korban antara lain adalah petani dan seorang purnawirawan TNI di periode antara Agstus-September 2020.
Menurut Boy Rafli MIT yang dipimpin Ali Kalora selama ini bergerak di sekitar lereng Pegunungan Biru.
Baca juga: Digelar di Bali, LPSK Bayar Kompensasi kepada 5 Korban Tindak Pidana Terorisme Poso dan Wonokromo
Mereka kerap berpindah satu sama lain dari lereng pegunungan sisi utara ke selatan.
Di lereng Pegunungan Biru ini terdapat Kabupaten Sigi, Kabupaten Parigi Moutong, dan Kabupaten Poso.
Dengan kondisi ini, pergerakan dan perpindahan mereka meliputi kawasan yang cukup luas.
"Jadi mereka mobile di kawasan yang begitu luas. Satuan tugas hari ini terus mobile untuk menyasar ke berbagai sektor di kawasan lereng itu," kata Boy Rafli.
Ia mengakui, lokasi pelarian MIT merupakan medan yang cukup menyulitkan.
Baca juga: Eks Kepala BAIS Harap DPR Tunda Pembahasan Perpres Pelibatan TNI dalam Mengatasi Terorisme
"Sekali lagi, ini medan yang tidak ringan karena ini medan pegunungan dan mereka sudah bertahun-tahun di kawasan itu," kata Boy Rafli.
Menurt Boy sengaja membunuh satu keluarga di Sigi karena tak ingin tinggalkan jejak.
"Mereka tidak ingin meninggalkan jejak dari tindakan yang dilakukan. Jadi mereka tidak ingin jejaknya diketahui dengan cara menghabiskan obyek yang mereka sasar," jelasnya.
Selain itu ia mengatakan, faktor kekurangan logistik menjadi alasan kelompok teroris MIT pimpinan Ali Kalora membunuh satu keluarga di Kabupaten Sigi.
"Saat ini mereka sudah dalam kondisi yang tidak memiliki logsitik yang cukup," ujar Boy Rafli Amar.
Baca juga: Satuan Tempur Kodam IX/Udayana Tak Akan Beri Ruang Aksi Terorisme di Bali Nusra
"Artinya dengan cara inilah, dengan cara merampok, dengan cara membunuh masyarakat, karena kita tahu bahwa kelompok ini adalah pengusung ideologi kekerasan. Jadi itulah salah satu untuk bertahan hidup," sambungnya.
Mereka juga mengincar harta benda milik warga di sekitar lereng Pegunungan Biru untuk menutupi logistik yang kian menipis.
Salah satu pemukiman warga yang pernah menjadi sasaran perampasan adalah Dusun Taman Jeka, sebuah wilayah yang terletak di Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso.
Boy meyakini MIT semakin tersudut karena masyarakat Kabupaten Poso dan sekitarnya sudah tidak lagi memberikan simpati dan dukungan terhadap eksistesi mereka.
Baca juga: Cerita Eks Napi Teroris, Dulu Paimin Ditangkap karena Ingin Racuni Polisi, Kini Taubat & Ternak Lele
"Jadi hari ini cara bertahan mereka untuk hidup di lereng-lereng Pegunungan Biru antara lain dengan mencari logistik, dengan merapok mengambil harta benda masyarakat," terang Boy Rafli.
"Jadi inilah yang terjadi sekaligus kita memang menunjukan mereka masih eksis dan inilah yang menjadi tantangan kita untuk melumpuhkan mereka dalam beberapa waktu ke depan," imbuh Boy Rafli. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Jejak Ali Kalora, Pemimpin MIT yang Diduga Terlibat Teror di Sigi, Kerap Menyamar Jadi Warga Lokal, https://regional.kompas.com/read/2020/12/02/06560041/jejak-ali-kalora-pemimpin-mit-yang-diduga-terlibat-teror-di-sigi-kerap?page=all#page2.