Hanya Tersisa 2 Orang, Desa Kelating Tabanan Krisis Regenerasi Petani Garam
Dua gubuk tampak masih berdiri di Pinggir pantai Kelating, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, Minggu (6/12/2020).
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Dua gubuk tampak masih berdiri di Pinggir pantai Kelating, Desa Kelating, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, Minggu (6/12/2020).
Gubuk tersebut merupakan tempat warga setempat untuk memproduksi garam tradisional khas Kelating.
Hanya saja, kini hanya tersisa dua petani garam yang bertahan.
Padahal beberapa tahun sebelumnya ada sebuah kelompok yang didalamnya terdapat 20 petani garam Kelating ini.
Baca juga: Memasuki Masa Tenang, Satpol PP Denpasar Tertibkan 17 APK yang Masih Tercecer
Baca juga: KPK Tetapkan Juliari Batubara Tersangka,Jokowi:Saya Tak Akan Lindungi Siapapun yang Terlibat Korupsi
Baca juga: Simpatisan JRX Gelar Acara Ride For JRX Melintasi Kawasan Heritage Kota Denpasar
Banyak faktor penyebab krisis generasi garam di Kecamatan Kerambitan ini.
Selain generasi muda yang memilih ke sektor lain, juga lantaran harga garam tradisional khas Kelating ini tak sesuai dengan jerih payah saat proses produksinya.
Untuk membangkitkan semangat tersebut, Pemerintah Desa Kelating lewat Bumdesnya berencana akan membantu melakukan pemasarannya mulai 2021 mendatang.
"Saat ini hanya tersisa cuma dua orang petani garam tradisional saja. Sudah banyak yang beralih profesi misalnya menjadi tukang bangunan dan lainnya lagi.
Salah satu penyebabnya adalah penghasilan dari membuat garam ini tak sebanding dengan jerih payah saat produksi karena masih digarap tradisional," kata Perbekel Kelating, I Made Suarga, Minggu (6/12/2020).
Suarga menuturkan, tergerusnya jumlah petani garam sudah terjadi sejak beberapa tahun belakangan ini.
Jika sekitar tahun 2010 lalu, petani garam kelating berjumlah 20 orang dan sudah membentuk kelompok.
Namun, seiring waktu berjalan satu per satu petani justru beralih profesi sehingga saat ini hanya tersisa dua orang dan masih menggarap secara tradisional.
Selama ini, garam tradisional khas Kelating ini memiliki kualitas yang cukup bagus sehingga menjadi favorit oleh masyarakat setempat.
Hanya saja, produksinya sangat jauh berkurang mengingat jumlah petani penggarapnya yang minim.
Baca juga: Ikan Hiu Tutul Terdampar Gegerkan Warga Pesisir Pantai Candidasa Karangasem, Ditemukan Sudah Mati
Baca juga: Termasuk Capricorn, 3 Zodiak Ini Paling Mungkin Dinikahi Cancer, Hubungan Kuat dan Saling Melengkapi
Baca juga: Pemain Keturunan Belanda yang Sempat Diundang ke Timnas Indonesia Bawa Timnya Kalahkan Ajax
Selain pengaruh jumlah petani, faktor cuaca juga mempengaruhi jumlah produksi garam.
