Ritual Pamarisudha Bumi Digelar Hari Ini di Tiga Pura, Umat Diminta Intropeksi Diri Maknai Pandemi
Ritual Pamarisudha Bumi digelar di Pura Watu Klotok, Senin (14/12/020). Ritual yang dilaksanakan di tiga Pura di Bali ini
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, KLUNGKUNG - Ritual Pamarisudha Bumi digelar di Pura Watu Klotok, Senin (14/12/020).
Ritual yang dilaksanakan di tiga Pura di Bali ini, diharapkan mampu mengharmonisasi alam semesta dan isinya sehingga bisa segera terbebas dari pandemi Covid-19.
Umat pun diminta intropeksi diri terhadap pendemi yang terjadi beberapa bulan terakhir.
Ritual Pamarisudha Bumi digelar Pemerintah Provinsi Bali setiap setahun sekali, bertepatan dengan tilem sasih kanem.
Baca juga: PLN Sukseskan Gelaran 13th Bali Democracy Forum, Siagakan Pasukan PDKB
Baca juga: Promo Alfamart Senin 14 Desember 2020, Promo Madu hingga Dapatkan Cash Back untuk Pembelian Susu
Baca juga: Jadwal Belajar dari Rumah di TVRI Senin 14 Desember 2020, Ada Musik Magi hingga Main-Main Serius
Berdasarkan astronomi Bali yang diyakini selama ini, setiap sasih kanem merupakan wariga ganjil awal mula musim pancaroba.
Saat inilah mulai terjadi bencana, seperti cuaca ekstrem, serta wabah penyakit terhadap tanaman, hewan, maupun manusia.
Ritual digelar bersamaan di tiga pura utama, yakni di Pura Besakih sebagai simbol Gunung, Pura Ulun Danu Batur sebagai simbol danau, dan Pura Watu Klotok sebagai simbol laut.
Baca juga: April 2021, BRI Dijadwalkan Akan Buka Kantor Cabang di Taipei
Baca juga: Sakit Hati Pujaan Hati Berpaling ke Wanita Lain, Waria Pecahkan Kaca Mobil Polisi di Seminyak
Baca juga: Sepi Tawaran Manggung Atraksi Ular, Ketut Oka Layani Permintaan Tangkap Ular di Pemukiman Warga
Panitia Lokal Ritual Pamarisudha Bumi di Pura Watu Klotok, Dewa Soma menjelaskan, ritual ini dilatarbelakangi oleh paruman (rapat) para sulinggih di Provinsi Bali pada 21 Nopember 2009 silam.
Dasar ritual berdasarkan tiga sumber sastra, yakni lontar Roga Senghara Bumi, Tutur Babad Dewa dan Usadaning Sarwa Satru, untuk menyikapi segala fenomena alam yang terjadi selama setahun terakhir. Demian halnya tahun ini, fenomena alam tidak hanya terjadi sebatas bencana alam. Namun dunia juga sedang diserang oleh wabah Covid-19.
" Tujuan utama ritual ini untuk membersihkan dan mengharmonisasi bhuana alit (diri sendiri) dan bhuana agung (alam semesta) dari segala mala bahaya seperti bencana alam ataupun wabah penyakit," ungkap Dewa Soma.
Baca juga: BPBD Karangasem Pasang Alat Peringatan Dini Longsor & Pergerakan Tanah di Wilayah Sega
Baca juga: Buaya Gigit Tangan Warga hingga Nyaris Putus, Habitat Buaya Kian Sempit karena Proyek Pemerintah
Baca juga: Profil Wanita Terkaya Indonesia Kartini Muljadi dan Arini Subianto, Ini Kerajaan Bisnisnya
Menurutnya tidak ada perbedaan dari segi upakara, terkait dengan upakara Pamarisudha Bumi di saat masa pandemi saat ini.
Namun secara sekala, yadnya dilakukan dengan protokol kesehatan seperti memakai masker dan mencuci tangan.
Selain itu menjaga kebersihan saat prosesi upacara yadnya tidak hanya sebatas raga, namun juga diselaraskan dengan kebersihan pikiran, perkataan dan perbuatan.
Dewa Soma menegaskan, melalui ritual Pamarisudha Bumi masyarakat diminta mulat sarira atau intropeksi diri, dari segala fenomena yang terjadi selama beberapa bulan terakhir.
Di mana pandemi membuat perekonomian masyarakat terpuruk, hingga berdampak luas ke tatanan sosial dan budaya masyarakat.
Baca juga: Terpisah dari Rombongan, 4 Pendaki Tersesat di Gunung Agung Karangasem
Baca juga: 3 Gepeng dan Pengamen Diamankan, Kasatpol PP Denpasar: Mengganggu Lalu Lintas
Inilah saatnya masyarakat, khususnya di Bali untuk lebih mengontrol pikiran, perkataan, perbuatan sehingga bisa kembali stabil, di tengah semua krisis yang terjadi akibat pandemi.
" Tahun ini perekonomian Bali terpuruk karena pandemi, banyak pikiran kacau. Melalui ritual ini, diharapkan masyarakat bisa kembali menyeimbangkan semuanya. Baik perkataan, pemikiran, maupun perbuatan. Sehingga semua selaras, beserta semesta," jelasnya.
Dalam ritual ini masyarakat akan mendapatkan sarana upacara seperti tirtha parisudha, tirta penawar, dan nasi tawur penukun jiwa.
Tirta Parisudha nantinya dipercikkan di Banten Pengenteg Hyang, sedangkan Tirta Penawar dipercikkan ke semua mahluk yang terserang hama/penyakit.
" Semua diruwat dengan Tirta Penawar. Sementara Ajengan Tawur Penukun Jiwa, untuk mengobati semua yang bernafas,” terang Dewa Soma seraya menegaskan semua umat Hindu juga wajib melaksanakan upacara di tingkat rumah tangga. (*)