Terdampak SE Gubernur Bali, 20 Travel Agent Batal ke Danu Beratan
Banyak travel agent dari Jawa yang terpaksa batal membawa tamunya mengunjungi daerah tujuan wisata (DTW) di Pulau Dewata.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Eviera Paramita Sandi
Keberadaan satu unit rapid test antigen di pasaran berkisar antara Rp 380 ribu sampai 460 ribu.
"Lebih mahal. Jauh lebih mahal ini (rapid test antigen). Rp 360 sampai 460 ribu per unit. Harganya mahal dia. Tapi akurasinya jauh lebih akurat daripada rapid antibodi," katanya.
Saat ditanya apakah harga rapid test antigen yang mahal ini tidak memberatkan PPDN khususnya wisatawan yang datang ke Bali, Suarjaya menjawab bahwa sudah ada arahan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) RI, Luhut Binsar Panjaitan.
Luhut meminta agar wisatawan yang memang tidak mampu membayar rapid test antigen agar tidak melakukan bepergian.
"Jadi kan kita ingin orang yang bepergian itu benar-benar orang yang sehat. Kalau memang tidak ingin bepergian ya endak usah pergi. Benar-benar memang yang sehat dan mau diperiksa dia sehat atau tidak," tegas Suarjaya.
Setelah adanya kebijakan rapid test antigen, penggunaan rapid test antibodi tetap dilakukan.
Hanya saja penggunaan rapid test antibodi ini dilakukan sampai stoknya sudah habis dan dipakai untuk melakukan screening di berbagai tempat umum yang ada banyak kasus.
"Misalnya ada banyak kasus sehingga kita ingin tahu lebih cepat apakah ada transmisi yang lebih luas, itu (masih) boleh pakai rapid antibodi. Tapi ini akan dipakai sampai stoknya sudah habis. Habis itu endak pakai (rapid test antibodi) lagi. Nanti ke depan akan pakai rapid test antigen saja," terangnya.
Suarjaya memperkirakan, stok rapid test antibodi yang ada di Bali saat ini kira-kira masih berada di angka 5 ribuan.
"Sekarang kita lebih upayakan untuk menggunakan rapid test antigen," katanya. (mpa/sui)