Berita Bali

Tak Semahal Babi, Harga Daging Sapi di Bali Relatif Stabil

Kondisi ini menyebabkan sebagian babi di Bali mengalami kematian dan sebagian lagi dijual lebih cepat oleh para peternak.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/I Wayan Sui Suadnyana
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Anak Agung Istri Intan Wiradewi saat ditemui Tribun Bali di kantornya, Senin 1 Februari 2021 

Menurut Ria, menyebarkan bibit babi gratis hanya akan menyuburkan peternak musiman.

"Justru ini akan sangat merugikan buat mereka yang memang berprofesi sebagai peternak," ujar dia.

Peternak musiman mengandalkan bibit gratis biasanya tidak keberatan babi dibeli murah karena tidak ada biaya pembelian bibit.

"Kondisi ini mohon dipahami, jangan sampai bantuan Bapak Ibu menjadi racun yang justru mematikan peternak sendiri," ujarnya.

Seperti diketahui, bahwa populasi babi mengalami penurunan karena wabah.

Akibatnya ketersediaan babi menipis dan harga melambung.

Karena harga melambung orang pun ingin memelihara.

"Mulailah orang berbondong bondong membeli bibit, karena bibit terbatas, harga bibit pun naik. Yang pengen beternak jadi kesulitan," sebutnya.

Untuk solusinya, apabila pemerintah membagikan bibit babi gratis harus dipahami bahwa di Bali saja sekarang bibit susah dan mahal.

"Waktu harga bibit murah, lebih murah dari pada harga sandal jepit. Kok tidak diborong saja ? Terus bagi-bagi bibit gratis untuk masyarakat. Masyarakat terbantu, peternak tertolong. Lah sekarang, giliran bibitnya mahal malah mau beli trus dibagi-bagi gratis ?," paparnya

Peternak Babi di Bali Menjerit, Harga 1 Ekor Sampai Rp 1 Jutaan, Bibit Babi Makin Langka dan Mahal

"Anggap saja program itu berjalan. Bibit dari luar kemudian didatangkan, populasi meledak, lalu harga babi jatuh, apakah pemerintah mau menanggung kerugian peternak ?" tanya Ria.

Hal inilah yang harus dipikirkan pemerintah.

"Ini yang saya bilang jangan sampai Bapak Ibu Pimpinan ambil, kebijakan manis manis bikin kencing manis, bukannya kami tidak tau diri, mau dikasih bantuan kok menolak. Atau ingin untung sendiri tidak mau bagi bagi peluang pada yang lain," ujar dia

"Selama bantuannya tidak tepat sasaran, yang malah membuat jalan kami di depan malah makin berat. Tentu kami menolak," sebutnya.

Sebab jika ingin membentuk ekonomi yang kuat melalui sektor peternak babi jangan sampai muncul peternak karbitan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved