Berita Tabanan

DTW Alas Kedaton Tabanan Tutup Sejak Pandemi Covid-19, Biaya Pakan Kera Sebulan Rp 25 Juta

Suasana di DTW Alas Kedaton yang berlokasi di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali, tampak sepi

Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan
Suasana di DTW Alas Kedaton yang berlokasi di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, tampak sepi, Rabu 17 Februari 2021 - DTW Alas Kedaton Tabanan Tutup Sejak Pandemi Covid-19, Biaya Pakan Kera Sebulan Rp 25 Juta 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Suasana di DTW Alas Kedaton yang berlokasi di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali, tampak sepi, Rabu 17 Februari 2021.

Puluhan kera yang berstana di obyek wisata ini tampak terlihat di tempat parkir atau areal pintu masuk Alas Kedaton.

Kantor Badan Pengelola termasuk juga kios-kios tampak sudah tutup terlalu lama.

Meskipun pada penghujung tahun 2020 sempat buka, namun hanya sebentar lantaran sepinya pengunjung serta adanya imbauan dari pemerintah.

Baca juga: Kawanan Kera Jarah Buah-Buahan Petani di Sukawati Gianyar Bali

Baca juga: Pastikan Penyebab Kera Jarah Perkebunan Warga, DLH Gianyar Bali Akan Turun Gunung

Sehingga sebelum Natal 2020 lalu, DTW yang terkenal dengan keberadaan kera ini kembali ditutup.

"Sejak pandemi memang sudah ditutup DTW Alas Kedaton ini. Tapi kemarin sebelum Natal sempat buka sebentar, kemudian kembali ditutup lagi karena sepi pengunjung dan ada surat edaran dari pemerintah juga," kata Sekretaris Desa Adat Kukuh, I Dewa Nyoman Suarta seijin Bendesa Adat Kukuh, I Gusti Ngurah Arta Wijaya saat dijumpai di Desa Kukuh, Rabu 17 Februari 2021.

Dewa Suarta melanjutkan, ditutupnya DTW berdampak banyak hal termasuk staf yang bertugas hanya yang masih diaktifkan adalah petugas kebersihan setempat.

Namun untuk pakan kera yang ada di sana masih tetap disediakan.

Pakan kera yang disediakan oleh pihak pengelola, juga mengandalkan dari sumbangan pihak ketiga termasuk bantuan pakan.

Pihak pemerintah juga sebelumnya sempat memberikan bantuan berupa pakan.

"Kalau pakan kita masih tetap sediakan seperti buah-buahan, ubi, jagung dan lainnya. Dari pihak ketiga juga dapat bantuan pakan, dan kami harapkan selanjutnya ada bantuan lagi," katanya.

Disinggung mengenai biaya pakan untuk kera selama sebulan, Dewa Suarta menyebutkan dalam sebulan bisa menghabiskan senilai Rp 25 juta.

Pastikan Penyebab Kera Jarah Perkebunan Warga, DLH Gianyar Bali Akan 'Turun Gunung'

Kawanan kera ekor panjang yang menjarah hasil kebun warga Banjar Kemenuh Kangin, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, mendapatkan perhatian serius Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar.

Dalam waktu dekat ini, mereka akan turun ke lokasi, mencari penyebab kera tersebut masuk ke perkebunan warga dan juga beberapa di antaranya masuk ke rumah warga.

DLH Gianyar menilai hal ini perlu dicarikan solusi.

Sebab, selain memberikan rasa aman pada masyarakat, juga untuk melindungi kera-kera tersebut.

Sebab, jika hal ini terjadi berlarut-larut, bisa saja kesabaran masyararakat habis, dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar, Ni Made Mirnawati, Selasa 16 Februari 2021 mengantakan, dalam menindak lanjuti keluhan masyarakat Desa Kemenuh terkait gangguan kera dari  Daerah Alira  Sungai (DAS) Tukad Petanu, pihaknya akan turun ke lapangan, mencari penyebab utama kera tersebut keluar habitat untuk mencari pakan. 

"Kita akan mengecek ke lapangan, guna mencari akar penyebab kera-kera tersebut sampai keluar habitat mencari pakan," ujarnya saat dihubungi via telepon.

Terkait dugaan salah satu penyebab kera ini ke perkebunan warga karena maraknya penambangan batu padas,

Mirna mengantakan, seharusnya di kawasan tersebut tidak ada penambangan.

Jikapun ada, dipastikan itu merupakan penambangan ilegal.

Jika dalam pengecekan nanti pihaknya menemukan adanya penambangan liar, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Perijinan Gianyar, Dinas Satpol PP Gianyar dan instansi terkait untuk menghentikan kegiatan penambangan tersebut.

"Di sepanjang DAS Petanu tidak ada ijin untuk penambangan apa pun. Jika ditemukan adanya aktivitas seperti itu, kami akan koordinasi dengan dinas terkait untuk menindaklanjuti," tandasnya.

Mirna memastikan, DLH Gianyar akan melestarikan kembali habitan kera-kera tersebut.

Namun hal ini juga membutuhkan kerjasama semua pihak. 

"Ini tidak bisa sekaligus jadi, namun paling tidak luas habitatnya masih bertahan seperti semula," ujarnya.  (*)

(I Wayan Eri Gunarta)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved