Berita Bali
Sebanyak 3.162 Balita di Bali Alami Gizi Buruk Selama Pandemi, Ini Penjelasan dr. Ketut Suarjaya
Kurangnya pemenuhan gizi bayi di bawah usia lima tahun (balita) pada tahun 2020 sekitar 3.162 balita di Bali.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Noviana Windri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di tengah Pandemi Covid-19 ditemukan balita yang masih kekurangan gizi khusunya di Provinsi Bali.
Kurangnya pemenuhan gizi bayi di bawah usia lima tahun (balita) pada tahun 2020 sekitar 3.162 balita di Bali.
Ketika dikonfirmasi, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya mengatakan, ada beberapa faktor penyebab bayi-bayi tersebut kekurangan gizi.
Salah satu penyebabnya adalah dikarenakan, pola asuh yang berkaitan dengan pola makan pada balita tidak sesuai dengan standar pola makan sehat.
Adanya kelainan atau penyakit penyerta yang mendasari bayi dan balita menjadi kurang gizi.
“Lalu ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga baik untuk balita dan keluarga kurang dalam masa pandemi Covid-19 ini,” ungkapnya pada, Rabu (24 Februari 2021).
Baca juga: Ini Asupan Gizi yang Penting di Masa Pandemi, Perbanyak Beberapa Jenis Vitamin
Baca juga: Pemenuhan Gizi dan Cara Menaikkan Berat Badan Ibu Hamil
Jumlah balita yang diukur dengan indeks tinggi badan dan berat badan untuk perhitungan gizinya mulai dari usia 0-59 bulan di seluruh provinsi Bali sejumlah 148.856 balita.
Wilayah yang paling banyak balita memiliki gizi buruk berdasarkan tinggi badan dan berat badan berada di Kabupaten Buleleng mencapai 678 balita dan Gianyar mencapai 503 balita.
Kabupaten Jembrana sebanyak 122 balita, Tabanan 433 balita, Badung 312 balita, Klungkung 250 balita, Bangli 179 balita, Karangasem 569 balita , dan Kota Denpasar 108 balita.
Sementara itu, angka stunting di Bali, kata Suarjaya cukup rendah, yakni diangka 7 persen. Angka ini diperolah dari pemantauan (EPPGBM) secara elektronik.
"Angka stunting di Bali masih rendah secara Nasional. Dan dari hasil pemantauan (EPPGBM) secara elektronik kita antara angka 6 hingga 7 persen. Dan itu masih rendah," lanjutnya.
Ia juga berharap angka stunting ini tetap rendah meski corona masih merebak. Ada sejumlah wilayah yang angka stuntignya masih tinggi. Diantaranya, Buleleng, Karangasem, Jembrana dan Bangli.
Lebih lanjut ia menjelaskan, gizi buruk merupakan masalah kekurangan gizi yang dapat terjadi pada situasi pandemi saat ini karena banyak KK yang di rumahkan atau penghasilannnya berkurang, terutama untuk yang bekerja di sektor swasta, dimana sebagian besar masyarakat kita bergelut di pariwisata.
Terlebih saat ini banyak hotel, travel dan lain-lain tidak bisa beroperasi sehingga pendapatan berkurang yang mengakibatkan penyediaan pangan di tingkat rumah tangga juga berkurang.