Berita Klungkung
Satpol PP Klungkung Kembali Pulangkan Gepeng ke Daerah Asal, Dominasi Anak-Anak dan Usia Produktif
Satpol PP dan Damkar dan Dinas Sosial Klungkung kembali memulangkan gepeng (gelandangan dan pengemis) ke kampung halamanya, Rabu 28 April 2021.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Noviana Windri
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Satpol PP dan Damkar dan Dinas Sosial Klungkung kembali memulangkan gepeng (gelandangan dan pengemis) ke kampung halamanya, Rabu 28 April 2021.
Tidak semata-mata penindakan, namun upaya ini juga untuk pembinaan karena para gepeng yang diamankan masih berusia produktif dan anak-anak.
Kasatpol PP Klungkung I Putu Suarta menjelaskan, para gepeng itu diamankan di seputaran Jalan Kartini dan Perempatan Galiran. Gepeng yang dipulangkan itu berjumlah 13 orang dan didominasi oleh usia anak-anak dan bahkan balita.
Mereka dipulangkan tidak semata-mata karena menganggu ketertiban, tapi perlu dilakukan pembinaan karena para gepeng ini berusia produktif, bahkan sebagian besar masih anak-anak usia sekolah.
"Sama seperti sebelumnya, masih didominasi anak-anak. Bahkan mereka ada yang mengikut sertakan beberapa balita. Ini kan kasihan jika terus dibiarkan, harus ada pembinaan ke mereka ini," ungkap Kasatpol PP Klungkung I Putu Suarta.
• Satpol PP Badung Tugaskan Dua Personel Awasi Gepeng di Persimpangan Jalan
• 17 Gepeng Berhasil Diamankan Satpol PP Jembrana, Seusai Didata Dipulangkan ke Asal Masing-masing
• 70 Gepeng Diamankan Satpol PP dan Dinsos Buleleng, 33 Diantaranya Masih Dibawah Umur
Seluruh gepeng itu, lalu diserahkan ke Dinas Sosial untuk dipulangkan ke kampong halamannya yang semuanya berasal di Desa Pedahan, Karangasem.
Hal ini pun juga menjadi perhatian Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta.
Ia menyoroti kalangan gepeng yang menjamur di Klungkung kebanyakan anak-anak usia sekolah.
Apalagi saat ini Klungkung merupakan kabupaten layak anak, sehingga hal ini harus dicari solusinya.
"Saya sempat tanya dan mereka mengaku putus sekolah dan ini yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah. Kami sadari, keadaan ekonomi memuat mereka malakukan seperi ini. Tapi kalau sampai anak-anak sampai putus sekolah berjualan asongan seperti ini, juga tidak bisa kami biarkan," jelas Suwirta, Minggu (25/4) lalu
Suwirta pun berencana akan meluangkan waktu secara khusus, untuk mengumpulkan para pedagang asongan yang masih berusia sekolah ini.
Nantinya pendekatan secara persuasif akan dilakukan untuk membina mereka.
"Kita juga tentu punya perasaan, tidak serta merta menindak mereka. Pasti ada jalan keluar untuk membina mereka. Setelah saya tanya, mereka ini kebanyakan berasal dari Karangasem. Dalam waktu dekat ini saya akan bertemu Bupati Karangasem, dan sama-sama mencari jalan keluar dari masalah ini," jelas Suwirta. (Mit)