Hari Pendidikan Nasional

Ini Makna Guru Dalam Ajaran Agama Hindu di Bali

Guru menjadi sangat penting, selain orang tua dalam mendidik anak agar menjadi berguna. Atau dalam Bahasa Bali dikenal dengan sebutan suputra

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Net
Ilustrasi guru - Makna Guru Dalam Ajaran Agama Hindu di Bali 

Diantaranya, orang bertugas melahirkan(ametuwaken), penolong jiwa raga sang anak (matulung urip), berkewajiban memberi makan dan minum (maweh bhojana), bertugas membuatkan upacara Manusa Yadnya(anyang ngaskara). Serta orang tua sangat berjasa mendidik dan membina putra- putrinya dalam rumah tangga(mangidhyaya).

Guru Pengajian sering disebut guru waktra adalah guru yang mendidik, mengajar dan melatih di lembaga pendidikan atau sekolah.

Mendidik artinya membina anak didik dalam rangka yang berkaitan dengan etika moral dan sopan santun, sehingga menjadi anak yang mempunyai harkat dan martabat agar berperilaku sopan santun.

Dalam dunia pendidikan, guru mempunyai tugas mengajar untuk menciptakan agar para siswa menjadi cerdas, pandai, dan berwawasan ilmu pengetahuan dengan berbagai pengetahuan dari mata pelajaran di sekolah. Sehingga berlaku konsep belajar adalah berusaha memperoleh ilmu pengetahuan, agar pandai dan cerdas.

"Dan yang ketiga, tugas guru melatih para siswa agar terampil mengerjakan sesuatu, sehingga menghasilkan skill yang mampu menyelesaikan pekerjaan yang baik dan sempurna," imbuhnya.  Guru sangat berusaha, agar peserta didik memperoleh hasil yang baik. Dalam istilah pendidikan yaitu berkognitif (knowladge), berafektif (attitude), dan berpsyikhomotorik (terampil).

Memperhatikan penjelasan itu, maka tugas guru sangat berat. "Maka dari sebagai guru hendaknya selalu menerapkan Tri Disiplin, disiplin waktu, disiplin kerja, dan disiplin tanggung jawab," sebut pemangku asal Bon Dalem ini.

Sehubungan dengan itu, maka tugas guru itu sangat berat, karena bertugas memanusiakan manusia agar menjadi manusia bersifat manusiawi. Demikian jasa guru agar dapat menciptakan manusia Indonesia seutuhnya.

Demikian beratnya tugas guru maka tidak ada alasan untuk ada peserta didik yang bersifat alpaka guru khususnya pada guru pengajian.

"Jika ada yang demikian, maka dalam bisa disebut dudu presangga ring ikanang guru pengajian dosa ngarania," katanya. Ada pula guru wisesa, yaitu guru tempat umat manusia memperoleh sesuatu hal yang baik dan positif dengan cara menaati segala peraturan dan perundang- undangan yang berlaku.

Agar tercipta masyarakat yang tentram, harmonis, dalam menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara.  Dengan selalu berpegangan dan mengakui negara Indonesia, berideologi Pancasila, berkonstitusi UUD 1945, mengakui NKRI dan bhineka tunggal ika.

"Dan dalam hal ini, guru wisesa atau pemerintah berkewajiban melayani, menciptakan ketenteraman dan kesejahteraan kehidupan masyarakat," katanya. Kesimpulannya bahwa dalam tatanan susastra agama Hindu.

Catur guru merupakan filsafat hidup masyarakat Hindu yang diterima sebagai warisan dan dilanjutkan secara turun-temurun. Keempat guru ini harus dihormati dengan sungguh- sungguh, oleh peserta didik pada khususnya, dan umat Hindu pada umumnya.

"Serta tidak ada yang alpaka guru, jika ada yang demikian konsekuensinya akan menerima ganjaran yang tidak baik bahkan akan menjadi sampah masyarakat," imbuhnya. (*)

Artikel lainnya di Hari Pendidikan Nasional

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved